Sukses

Usaha di Sektor Pangan Punya Prospek Cerah di Masa Pandemi

Permintaan terhadap produk-produk pangan, baik pertanian, perikanan dan lain sebagainya cukup meningkat di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai, sektor pangan baik dari sisi pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan merupakan sektor yang memiliki masa depan cerah selama pandemi covid-19 maupun pasca pandemi. Alasannya, pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia yang bakal selalu dicari. 

“Di sektor pertanian dan pangan itu tumbuh 16 persen menurut data BPS, dan kalau saya keliling ke berbagai daerah memang tidak terpengaruh, karena sekarang orang butuh belanja dan memprioritaskan kebutuhan sehari-hari bahan pokok seperti makanan, minuman herbal dan lain sebagainya,” kata Teten dalam acara Berani Berubah: Cara Kreatif Bertahan di Masa Pandemi, Rabu (7/10/2020).

Ia menyebut permintaan terhadap produk-produk pangan, baik pertanian, perikanan dan lain sebagainya cukup meningkat. Walaupun ada beberapa produk pertanian seperti kopi serapan dalam negeri dan ekspor mengalami penurunan.

Kendati begitu, saat ini Kemenetrian Koperasi dan UKM sedang mendorong agar serapan kopi di level petani bisa tetap baik, melalui penggunaan digitalisasi atau e-commerce.

“Saya kira yang juga beradaptasi dari offline ke online, jualan di marketplace online, banyak orang yang senang berbelanja lewat online karena merasa aman,” ujarnya.

Penjualan di marketplace mengalami kenaikan 26 persen pada kuartal II 2020, jika dibandingkan dengan kuartal II 2019.

Apalagi, saat ini wilayah Indonesia 97 persen sekarang sudah bisa mengakses e-commerce dengan bebas dan nyaman. Bahkan di masa pandemi, Kata Teten banyak aplikasi-aplikasi yang dibuat oleh anak bangsa untuk membantu penjualan usaha mikro.

“Di tengah pandemi covid juga sekarang bermunculan inovator-inovator muda menciptakan aplikasi-aplikasi digital untuk membantu penjualan UMKM yang terpuruk seperti misalnya warteg, rumah makan kecil untuk tetap bisa bertahan di tengah pandemi,”ujarnya.

Demikian Teten berharap ke depannya produk UMKM lainnya bisa terus bertahan dan berkembang, serta bisa mengakses pasar lebih luas dibantu dengan inovasi-inovasi yang diciptakan.

“Aplikasi-aplikasi ini kita mencatat ada 30 aplikasi digital yang bisa membantu UMKM untuk bisa mengakses pasar yang besar,” pungkasnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Model Bisnis Koperasi jadi Jurus Menteri Teten Wujudkan Ketahanan Pangan

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengaku telah memiliki model bisnis bagi koperasi pangan untuk masuk dalam skala bisnis layaknya korporasi, guna mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Ia berharap model bisnis ini bisa diadopsi oleh Koperasi Perjuangan Usaha Tani, di Jombang, Jawa Timur, yang merupaka transformasi dari Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Sugihwaras, Jombang.

 

Maka dari itu, dirinya mengapresiasi transformasi Gapoktan menjadi koperasi. Namun hal ini dinilainya belum selesai, karena koperasi harus terus berkembang agar mensejahterakan anggotanya.

"Koperasi ini sekarang mengelola 200 hektare lahan dengan 100 anggota, ini sudah cukup luas, walaupun bisa dikembangkan hingga 1000 hektare. Karena untuk membangun kelembagaan usaha koperasi ini agar semakin kuat, idealnya mencapai 1000ha," kata Teten, di Surabaya, Kamis (1/10/2020).

Pihaknya bersama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sudah memiliki bisnis model untuk koperasi pangan dalam pengembangan usaha, modernisasi dan memperluas usaha.

"Konsep kami ini korporatisasi, nanti petani menjual produk ke koperasi, koperasi ini kemudian mengolah jadi beras. Lalu urusan ke market atau pasar biarkan koperasinya, karena umumnya market itu bayarnya mundur sehingga petani tidak mungkin bisa karena keterbatasan dana," ujarnya.

Sehingga dengan model bisnis itu, koperasi akan melindungi petani dari permainan harga. Karena itu, koperasi harus diperkuat pembiayaannya untuk dapat menyerap produksi petani dan membantu pemberian modal petani, serta memperkuat investasi untuk pengembangan RMU (Rice Milling Unit) atau mesin penggilingan padi modern.

Di Belanda, New Zealand, dan Australia, kata Teten mencontohkan, wadahnya koperasi yang dilakukan dalam bentuk korporasi. Kelebihannya, keuntungan semua usaha tani dinikmati oleh seluruh anggotanya. Maka koperasi juga harus mengembangkan digitalisasi agar saat masuk dalam skala bisnis ekonomi, tidak kalah dengan korporasi.

"Yang paling bagus itu jika koperasi juga memiliki offtaker dan kredit koperasi dijamin Jamkrida. Dengan begitu, koperasi akan sehat, efisien dan ada offtaker, pasti lembaga pembiayaan berebut menyalurkan biaya," imbuhnya.