Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) akan launching rumah koperasi digital (Portal) yang bernama IDXCOOP, untuk dorong pelaku koperasi masuk dalam ekosistem digital demi meningkatkan usahanya.
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Prof. Rully Indrawan, mengatakan Portal ini nantinya akan menjadi wadah bagi para pelaku koperasi untuk saling bertukar informasi, pengetahuan dan success storynya dalam menjalankan aktivitas bisnis, melalui koperasi sehingga bisa diduplikasi atau dikembangkan oleh koperasi lainnya yang masih dalam proses pengembangan.
Baca Juga
“Untuk meningkatkan daya saing, mau tidak mau koperasi harus memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendukung proses bisnisnya. Sebab hanya dengan menggunakan teknologi segala persoalan bisa diselesaikan lebih mudah dan efisien,” kata Rully dalam webinar Program Inovasi & Transformasi Digital Koperasi, Kamis (8/10/2020).
Advertisement
Secara ekonomi, penggunaan teknologi digital bisa mendorong perluasan akses pasar sehingga produk koperasi akan semakin dikenal luas oleh masyarakat.
Saat ini masih banyak koperasi yang belum memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam proses bisnisnya. Sehingga mereka kerap mengalami kesulitan seperti cost produksi yang relatif lebih tinggi, kurang efisien waktu dan lainnya.
"Saat ini di dunia koperasi terjadi gradasi yang sangat kuat ada yang tingkatan sudah advance ada yang sangat sederhana dalam menggunakan teknologi informasi (TI) tapi banyak juga yang masih apriori. Bagi mereka teknologi itu dianggap sebagai beban secara intelektual dan ekonomi terutama untuk generasi yang sudah 60 tahunan," ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penggunaan teknologi digital, IDXCOOP telah merancang sebuah "rumah digital bersama" yang diharapkan bisa menjadi media bagi para pelaku koperasi belajar tentang pengelolaan koperasi yang baik dan benar, termasuk bagaimana mengembangkan skala bisnisnya berbasis digital.
Rencananya portal ini akan dilaunching secara langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, pada Sabtu (10/10/2020) di Bandung. Dia berharap melalui wadah ini bisa menjadi sebuah gerakan bersama yang terus bergulir agar kedepan semakin banyak koperasi yang melek teknologi sehingga kualitas maupun kuantitas koperasi bisa semakin bertambah. Attachments area
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gandeng Belanda, Pemerintah Kembangkan Koperasi Pertanian di Indonesia
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyiapkan model bisnis koperasi petani dan koperasi nelayan yang diharapkan dapat direplikasi di berbagai tempat di tanah air.
“Kami menyiapkan ‘piloting business model’ korporasi petani atau nelayan yang kami replikasi di berbagai tempat; ada beberapa, misalnya beras seluas 800 hektar di Demak, kelapa sawit di Pelalawan Riau, serta beberapa komoditas lain yang bagus untuk piloting kerja sama antar kementerian,” kata Teten Masduki dalam jumpa pers setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi, dengan topik “Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi” dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (6/10/2020).
Teten mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Belanda, misalnya, untuk mengembangkan model koperasi pertanian yang dapat dijadikan model bisnis koperasi di tanah air.
Dirinya berharap pengembangan koperasi yang lebih modern akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani atau nelayan, yang akan dapat memetik profit dari bisnis model yang dikembangkan.
“Tidak bisa lagi petani, nelayan, dan UMKM berusaha sendiri secara perorangan, dalam skala kecil, tapi harus bergabung dalam skala efisien, sehingga kami dorong mereka untuk bergabung dalam koperasi,” ujarnya.
Pihaknya mengembangkan model bisnis misalnya untuk petani sawit di Pelelawan, Riau, yang didorong untuk berkoperasi untuk kemudian membangun pengolahan CPO.
Selain itu, petani beras di Demak, Jawa Tengah, didorong untuk mengembangkan sawah seluas 100 hektar untuk produknya yang diekspor, dan sebagian masuk ke pasar ritel domestik. Bahkan ketika permintaan terus meningkat, para petani tersebut dapat memperluas lahan usaha hingga 800 hektar.
“Mereka berkoperasi, kemudian membentuk PT dan membangun pabrik besar modern, dengan investasi hingga Rp40 miliar, dengan Rp12 miliar di antaranya diperoleh dari koperasi petani. Model seperti ini nanti kita integrasikan ke sistem pembiayaan KUR untuk petani penggarap dalam mengembangkan padi,” ujarnya.
Advertisement