Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan seluruh dunia masih menghadapi tantangan yang sama, yaitu bertahan dari dampak yang dibawa oleh pandemi Corona. Tidak bisa dipungkiri saat ini, sektor ekonomi menjadi salah satu yang paling terdampak, mulai dari sulitnya mencari lapangan kerja, banyaknya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga ancaman resesi.
Meskipun hal ini menjadi tantangan besar bagi kita semua, namun pandemi ini jugabisa menjadi kesempatan bisnis yang besar pula. Tidak sedikit yang memulai bisnis online, mulai dari menjual makanan, pakaian hingga produk-produk lainnya. Masyarakat berlomba-lomba menciptakan peruntungan baru di era yang serba tidak menentu ini.
Baca Juga
Melihat tren permintaan masyarakat yang semakin meningkat di masa pandemi dankompetisi antar bisnis UMKM yang semakin ketat, tiap pelaku usaha perlu merancang strategi khusus untuk bisa bertahan di masa pandemi ini.
Advertisement
Sejalan dengan kegelisahan dan tantangan yang ada di dunia bisnis online, AVANA hadir dan siap membantu para pelaku bisnis dan UMKM menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif dan efisien.
“AVANA merupakan perusahaanSaaS (Software as a Service) yang mendukung para pelaku usaha untuk dapatmengoptimalkan bisnis mereka secara digital," kata Country Manager AVANA, Queenseca dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (8/10/2020).
“Hanya melalui satu sistem, para pelaku usaha bisa berjualan di berbagai channelpenjualan, mulai dari Website hingga media sosial seperti Facebook, Instagram,WhatsApp, Line, dan Telegram," lanjut dia.
AVANA memiliki lebih dari 20 fitur unggulan yang bisa memudahkan pengelolaan bisnis secara digital, mencakup manajemen produk & stok, pembuatan website toko online, integrasi media sosial hingga pengelolaan reseller.
Sejak 2016, AVANA telah menjadi solusi bagi lebih dari 100.000 pebisnis untuk memasarkan produk mereka secara global.
“Dengan bisnis yang lebih efisien, pencapaian pertumbuhan bisnis yang diharapkan dapat lebih mudah terprediksi tanpa harus menginvestasikan aset tambahan dansumber daya lainnya," ungkap Queenseca.
“Penyederhanaan penjualan di berbagai saluran penjualan ini merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan bisnis hanya dengan menggunakan satu sistem. Olehkarenanya, AVANA merupakan solusi terbaik bagi pelaku UMKM pemula maupun berpengalaman yang ingin memaksimalkan pertumbuhan bisnis di tengah tingginya tuntutan dari pembeli,” tambahnya.
Optimalisasi ini akan sangat berguna bagi pemilik toko online dan memungkinkan mereka untuk menggunakan media sosial sebagai sarana interaksi, promosi hingga menjual produk mereka secara langsung.
Untuk bergabung dengan AVANA, para pelaku usaha hanya perlu meluangkan waktuk urang dari 5 menit. Setelahnya, mereka dapat memiliki toko online profesional dengan inventaris yang maju, manajemen pesanan, serta puluhan fitur unggulan lainnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Survei MarkPlus: Tren Belanja di E-Commerce Bakal Turun 41,9 Persen Usai Pandemi
Hasil survey MarkPlus, Inc. terkait industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) selama pandemi covid-19 terdapat tiga hal yang diperoleh yakni Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour), tempat pembelian (Purchasing Channel), dan tingkat konsumsi pelanggan (Customer consumption).
Survei tersebut dilakukan kepada 105 responden, yang tersebar di Jabodetabek sebanyak 54,3 persen dan non Jabodetabek 45,7 persen dengan usia mayoritas responden 35-44 tahun sebesar 40 persen, kurang dari 25 tahun 21 persen, 25-34 tahun sebanyak 29,5 persen, dan usia lebih 44 tahun sebesar 9,5 persen.
“Untuk hasilnya sendiri ada tiga bagian besar yang akan saya sebutkan,” kata Business Analyst MarkPlus, Inc. Rika Nathania Wijaya dalam MarkPlus The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 7) - FMCG Industry Perspective, Jumat (25/9/2020).
Pertama, customer behavior. Kata Rika, walaupun secara umum purchasing power masyarakat menurun selama COVID-19, namun sebanyak 58,1 persen responden mengakui bahwa pengeluaran bulanan untuk kebutuhan sehari-hari mereka selama COVID-19 meningkat.
Selain itu, selama masa pandemi responden di area Non-Jabodetabek memiliki frekuensi belanja yang lebih tinggi sekitar 4 kali per bulan atau sebesar 27 persen, dibanding responden di area Jabodetabek 17,5 persen.
“Hal ini dikarenakan aturan PSBB di Non Jabodetabek lebih longgar, sehingga responden masih dapat sering berbelanja di offline channel,” ujarnya.
Kedua, Purchasing Channel. Minimarket (66,7 persen) dan E-commerce (53,3 persen) banyak digunakan selama masa COVID-19 karena kemudahannya yang diberikan. Namun setelah pandemi usai, offline channel akan kembali menjadi pilihan utama masyarakat.
“Dimana pembelanjaan di supermarket akan meningkat menjadi 70,5 persen dibandingkan selama masa pandemi yaitu sebesar 55,2 persen.
Sementara perbelanjaan di E-commerce setelah pandemi usai akan menurun ke 41,9 persen. Hal ini dikarenakan experience dalam berbelanja masih penting bagi masyarakat dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran terhadap virus COVID-19.
Ketiga, Customer consumption. Semenjak merebaknya COVID-19 generasi yang lebih muda (<25 tahun) menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dibanding generasi yang lebih tua. lantaran sebagai upaya mempertahankan pola hidup sehat segmen berusia <25 tahun mengurangi konsumsi gula (38,9 persen), dibanding segmen berusia 25-34 tahun (17,4 persen).
Sebab, selama masa pandemi, segmen berusia 25 tahun lebih banyak membeli produk kesehatan (45,5 persen) dibanding generasi yang lebih tua (kisaran 20-29 persen), karena mereka lebih khawatir terhadap COVID 19 yang disebabkan oleh seringnya mengetahui update berita/iklan melalui TV & media sosial.
“Karena itu, diperlukan juga adanya edukasi yang lebih kepada generasi yang lebih tua terkait kesehatan supaya lebih aware akan bahaya COVID 19 & pentingnya hidup sehat,” pungkasnya.
Advertisement