Sukses

Bangkrut, Thai Airways Kini Jualan Roti Goreng

Saat ini terdapat 5 gerai patong-go atau roti goreng yang dibuka oleh Thai Airways di Bangkok. Penjualan bulanan sekitar 10 juta baht.

Liputan6.com, Jakarta - Thai Airways International mengalami kebangkrutan karena pandemi Covid-19. Perusahaan pun saat ini berencana untuk mewaralabakan bisnis patong-go atau roti goreng untuk menghidupkan kembali bisnisnya.

Thai Airways International memiliki resep rahasia hidangan khas Thailand ini yang disukai oleh para penumpang. Roti ini disajikan oleh maskapai kepada penumpang pesawat terbang.

Dikutip dari Bangkok Post, Minggu (11/10/2020), Penjabat Thai Airways International Chansin Treenuchagron mengatakan bahwa adonan roti goreng ini sangat populer dan setiap pagi orang-orang harus mengantre untuk membelinya.

Saat ini terdapat 5 gerai patong-go yang dibuka oleh maskapai ini di Bangkok. Penjualan bulanan sekitar 10 juta baht.

 

Didorong oleh hal ini, maskapai ini berencana untuk mewaralabakan bisnis roti goreng sehingga THAI dan mitranya dapat saling mendapatkan keuntungan dari popularitas mereka.

Setiap kotak seharga 50 baht berisi tiga batang adonan roti goreng dan secangkir saus celup yang terbuat dari ubi ungu dan telur custard.

untuk diketahui, Thai Airways telah mengajukan kebangkrutan dengan total kewajiban 332,2 miliar baht. Pengadilan Kepailitan di negara tersebut telah memberikan persetujuan untuk restrukturisasi utang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Thai Airways Nyatakan Bangkrut

Sebelumnya,  Thai Airways menyatakan bangkrut dan butuh rehabilitasi utang. Hal itu membuat para pemegang tiket gigit jari karena tiket mereka tak bisa digunakan. 

Dikutip dari The Thaiger, Selasa (2/6/2020), maskapai nasional Thailand itu menghentikan layanannya pada awal April karena krisis Covid-19. Sejak itu, maskapai tersebut tidak lagi bisa mengembalikan uang konsumen yang kepalang memberi tiket.

Departemen humas Thai Airways mengatakan tidak bisa menawarkan refund saat ini seiring Pengadilan Kebangkrutan Pusat menerima permintaan maskapai ini untuk menjalani rehabilitasi di bawah hukum kebangkrutan Thailand pada Rabu, 27 Mei 2020. Nilai tiket yang tidak bisa di-refund diperkirakan mencapai 24 miliar Baht atau nyaris Rp 11 triliun.

Para pemegang tiket yang merupakan kreditur dan maskapai memiliki kewajiban di bawah hukum yang mencegahnya dari mengembalikan dana pada saat ini, tetapi berjadi mengembalikannya dalam kurun waktu enam bulan tanpa pemotongan biaya apapun.

Pandemi memaksa maskapai itu menghentikan penerbangan. Pengembalian uang tanpa syarat hanyalah salah satu dari banyak solusi, yang juga termasuk mengubah tanggal perjalanan tanpa biaya, memperpanjang validitas tiket, dan menukar tiket dengan voucer perjalanan dengan nilai yang sama.

Pihak Thai Airways berjanji untuk terus mempertahankan para pemegang tiket yang valid, begitu pula dengan para anggota Royal Orchid Plus sebagai program loyalitas. Juru bicara maskapai mengatakan pihaknya yakin akan bisa mengatasi segala krisis yang telah mengubah perusahaan secara signifikan dan akan bangkit kembali dengan keadaan yang lebih kuat.