Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Airlangga Hartarto, optimis Purchasing Managers' Index atau PMI naik lagi setelah PSBB di DKI Jakarta dibuka kembali.
“Kita melihat recovery daripada PMI walaupun naik turun sedikit karena PSBB kemarin sudah naik di atas 50, begitu ada PSBB lagi kita turun lagi 48 persen. Tapi hari ini DKI PSBB transisi diharapkan PMI ini kan Confident daripada Purchasing Manager akan lebih tinggi,” kata Airlangga dalam konferensi pers Update Komite KPCPEN - Vaksin Covid-19, Protokol Kesehatan, Antisipasi Banjir, Senin (12/10/2020).
Adapun sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi, mulai 12 - 25 Oktober 2020.
Advertisement
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, keputusan kembali ke PSBB Transisi didasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian RS Rujukan Covid-19.
Anies menjelaskan, grafis penambahan kasus positif dan kasus aktif harian mendatar (stabil) sejak dilakukan PSBB ketat, yaitu 13 September 2020. Kemudian, terdapat tanda awal penurunan kasus positif harian dalam 7 hari terakhir.
Lalu, pada periode 26 September sampai 9 Oktober 2020, kembali terjadi penurunan dari kondisi 14 hari sebelumnya, di mana jumlah kasus positif meningkat 22 persen atau sebanyak 15.437 kasus, dibanding sebelumnya meningkat 31 persen atau sebanyak 16.606 kasus.
Demikian, Anies menambahkan, hasil pengamatan 2 minggu terakhir, terjadinya penurunan kejadian kematian pada kasus terkonfirmasi positif. Penurunan ini terlihat sejak 24 September 2020 sampai dengan saat ini.
Tingkat kematian atau CFR Jakarta juga terus menurun hingga ke angka 2,2 persen saat ini. Laju kematian juga menurun, prediksi tanpa PSBB ketat, kematian harian kasus positif di Jakarta saat ini mencapai 28 per hari, saat ini lajunya 18 per hari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonom: PSBB Transisi Jakarta Berdampak Positif ke Ekonomi
Mulai hari ini 12 Oktober hingga 25 Oktober 2020, Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi.
Lantaran kasus covid-19 di Jakarta mulai menurun dan terkendali, oleh karena itu PSBB transisi mulai diterapkan kembali.
“Dampak positif tentunya akan ada pergerakan ekonomi yang saya kira terjadi di Jakarta tetapi memang tidak drastis karena sebenarnya antara PSBB kemarin sebelum dicabut, kemudian dilonggarkan dan ditetapkan lagi transmisinya masih relatif lambat,” kata ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad saat dihubungi Liputan6.com, Senin (12/10/2020).
Menurutnya penerapan PSBB Jilid 2 ini berpengaruh terhadap indikator Purchasing Managers' Index (PMI), dimana mengalami naik turun dari sebelumnya di level 30-50 persen kini menurun di level 26 persen.
Penurunan PMI itu dikarenakan keyakinan konsumen dan penjualan belum normal atau masih dibawah batas normal pada saat PSBB dilonggarkan kembali. Tauhid mengakui memang ada pergerakan namun tidak akan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal III.
“Keyakinan konsumen dan penjualan itu belum normal masih dibawah batas normal pada saat PSBB dilonggarkan memang ada pergerakan, tetapi tidak akan besar sekali pengaruhnya ke ekonomi tetap kuartal ketiga pertumbuhan ekonominya negatif, dan kuartal keempat saya kira masih tidak jauh berbeda tapi mungkin agak lebih baik dibandingkan triwulan ketiga begitu,” jelasnya.
Selanjutnya, ia khawatir jika kasus covid-19 di Jakarta dan sekitarnya melonjak kembali. Oleh karena itu ia menyarankan agar Pemerintah khususnya Pemprov DKI Jakarta untuk menerapkan tracking, dan testing secara menyeluruh yang disubsidi tentunya.
“Harapannya, kalau misal kasusnya belum signifikan turun drastis sebaiknya PSBB transisi ini harus dibarengi dengan upaya-upaya yang tepat, misalnya testing itu jauh lebih banyak dan kalau perlu memang tes-tes itu dilakukan secara gratis dan anggarannya disediakan oleh pemerintah,” pungkasnya.
Advertisement