Sukses

Bank Syariah BUMN Bakal Bersatu, Simak Bank Papan Atas yang Juga Hasil Merger

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bakal marger tiga bank syariah BUMN.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bakal marger tiga bank syariah BUMN. Tiga bank tersebut ialah BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri.

Mengutip undangan Bahana Sekuritas yang diterima Liputan6.com, penandatanganan kesepakatan penggabungan tersebut akan dilakukan pada Selasa (13/10/2020) sore pukul 15.00 WIB.

Merger merupakan hal yang sudah umum di industri perbankan nasional. Ada beberapa bank yang saat ini beroperasi merupakan hasil gabungan dari dua atau lebih bank pada masa sebelumnya.

Bank-bank tersebut  saat ini mampu bertahan dan bahkan menjadi bank yang cukup besar. Bank apa saja? Simak rangkuman Liputan6.com berikut ini:

1. Bank Mandiri

Bank BUKU IV milik BUMN ini merupakan penggabungan dari 4 Bank, yakni Bank Pembangunan Indonesia atau Bapindo, Bank Bumi Daya atau BBD, PT Bank Ekspor Impor Indonesia, PT Bank Dagang Negara dan didirikan pada 2 Oktober 1998 oleh pemerintah sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan.

Mengutip laporan keuangan perseroan, tahun 2019 lalu, Bank Mandiri mencatatkan total aset Rp 1.318,25 triliun.

2. Bank Permata

Bank Permata dibentuk dari hasil merger 5 perbankan nasional yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia dan PT Bank Patriot.

Bank ini kemudian diambil alih oleh Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk. Akuisisi ini terjadi pada tahun 2004 dan saham utama gabungan keduanya telah meningkat menjadi 89,01 persen pada tahun 2006.

Lalu pada 12 Desember 2019 lalu, Bangkok Bank mengakuisi saham Bank Permata milik PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank (SCB).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

3. Bank CIMB Niaga

Bank CIMB Niaga Tbk, yang awalnya bernama Bank Niaga, juga turut melakukan aksi merger dengan PT Bank Lippo pada 2008 lalu. Merger ini dilakukan Commerce International Merchant Bankers Berhad (CIMB) Group dengan membeli 51 persen saham Bank Lippo yang dimiliki Santubong Ventures, anak usaha dari Khazanah.

Pemerintah pernah menjadi pemegang saham mayoritas CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Kemudian, di bulan Agustus 2007,seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.