Liputan6.com, Jakarta - Proyek pipa gas bumi arus Cirebon-Semarang mangkrak setelah 14 tahun tanda tangan kontrak. PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai kontraktor mengundurkan diri dari proyek ini, berdasarkan suratnya yang bernomor 357/10000 LT/X/2020 kepada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
BPH Migas pun akan melakukan kajian ulang untuk memastikan agar salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini berjalan sesuai rencana.
"BPH Migas sudah menugaskan kepada Direktur Gas Bumi untuk melaksanakan kajian dalam waktu maksimal 1 bulan sejak tanggal 12 Oktober," ujar Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa dalam konferensi pers virtual, Rabu (14/10/ 2020).
Advertisement
Lanjutnya, pelaksanaan kajian tersebut akan dikoordinasikan oleh Kementerian ESDM dan stake holder lain. Dia bilang, sebenarnya ada 3 opsi yang bisa dilakukan terhadap proyek ini.
Mengacu peraturan BPH Migas, seharusnya proyek ini ditawarkan kepada pemenang lelang yang ke-2 dan ke-3.
"Tapi kalau ditawarkan dari 2006, kita sudah lihat peluangnya, capex dan toll fee akan impossible. Ini masih pakai rencana yang belum direvisi," katanya.
Opsi lain ialah lelang ulang dengan batas waktu tertentu. Seluruh jajaran kementerian terkait juga akan dijadikan panitia lelang ini.
Namun, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti kejelasan pasokan gas dan keharusan melakukan visible study dan kaitannya dengan permintaan di industri. Kemudian, opsi lain seperti penugasan juga bisa dicoba dilakukan.
"BPH Migas seluruh komite sepakat memberikan waktu untuk melakukan kajian, supaya nanti bisa diusulkan mana yang terbaik," tutupnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
BPH Migas Komitmen Percepat Pembangunan Pipa Gas Bumi Cirebon-Semarang
Sebelumnya, BPH Migas tak henti-hentinya melakukan berbagai upaya agar pembangunan pipa gas bumi Cirebon- Semarang yang merupakan Proyek Strategis Nasional segera dapat terwujud.
Sejak penetapan PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai pemenang lelang pipa transmisi ruas Cirebon-Semarang tahun 2006 oleh BPH Migas dan ground breaking pada bulan Februari tahun 2020, sudah 14 tahun pembangunan ruas pipa tersebut belum ada kemajuan yang berarti dikarenakan kendala jaminan pasokan gas dan kepastian demand.
Padahal proyek pipa gas bumi tersebut akan sangat diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Jokowi yang ingin mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batang, yang telah dilakukan peletakan batu pertama pada tanggal 30 Juni 2020.
Guna mendorong percepatan pembangunan pipa transmisi Cirebon - Semarang, setelah sebelumnya melakukan silaturahmi dan audiensi dengan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya, di Pekalongan, Jawa Tengah, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa bersama Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam, dan Direktur Gas Bumi Sentot Harijady BTP melanjutkan kunjungan kerja dan audiensi dengan Bupati Batang H. Wihaji di Kantor Bupati Batang, (25/09/20).
Kepala BPH Migas, M. Fanshurullah Asa pada kesempatan tersebut menekankan perlu ada percepatan alokasi gas dan kepastian demand di daerah Jawa Tengah, terutama Kabupaten Batang yang masih sangat rendah, walaupun saat ini sedang dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Guna meningkatkan demand, apabila dimungkinkan juga dibangun pabrik pupuk yang akan meningkatkan serapan gas sebesar 100 MMSCFD, seperti usulan saat audiensi dengan anggota Wantimpres Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya. Hal ini akan berdampak terhadap ketersediaan pupuk di Jawa Tengah akan senantiasa terpenuhi untuk perkebunan dan pertanian tanpa menunggu produk dari wilayah lain.
M. Fanshurullah Asa yang akrab disapa Ifan lebih lanjut menjelaskan bahwa saat groundbreaking, HOA sudah siap, dan saat ini PT. Rukun Raharja menyatakan sudah siap menjadi calon investor yang akan mendanai proyek tersebut. Jadi mestinya sudah berjalan saat ini. Konsesi 30 tahun berlaku dalam proyek ini, kalau pipa gas besar dan demandnya tinggi, maka peluang BEP bisa lebih cepat, gak sampai 30 tahun.
"Semoga Bupati berkenan menyambut dan mewujudkan usulan kami. Nanti pasokan gas diambil dari Lapangan Utilisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) Bojonegoro yang dikelola Pertamina EP Cepu (PEPC) , yang sedang disiapkan , saya berharap 100 MMSCFD," jelas Ifan.
Dengan harga gas yang lebih murah, menurutnya industri akan muncul dan serapan tenaga kerja akan signifikan. "Tolong salam dan sampaikan Pak Gubernur, Pak Ganjar, untuk terus bantu dorong pipa Cisem bisa segera terwujud, BPH Migas sangat perlu penguatan dari pimpinan wilayah" tambah Ifan.
Advertisement
KEK
Menanggapi Hal tersebut Bupati Batang, H. Wihaji, menyatakan komitmennya bahwa Kawasan Ekonomi Khusus di Batang menjadi kawasan yang ramah bagi investor.
"Para investor dari dalam maupun luar negeri, datang ke Batang, kita layani sebaik-baiknya dan Kabupaten Batang akan dapat berbagai keuntungan, utamanya lapangan pekerjaan."Tegas Wihaji
Lebih lanjut Bupati menyampaikan bahwa ini adalah bagian dari semangat untuk mengadakan lompatan-lompatan, meski kita rasakan covid-19 sangat mempengaruhi. Semangatnya adalah merah putih, semata-mata untuk kepentingan Indonesia.
"Terkait rencana lompatan-lompatan besar inilah, tentu kami memerlukan arahan. Kadang-kadang ada ego antar Kabupaten, antar Dinas, bahkan antar Kementerian, tetapi intinya tetep lapangan kerja bagi rakyat. Kita perlu kepastian, listrik, air bersih, termasuk juga jaringan gas yang akan kita bangun ini.Tapi tentu memang harus kompetitif, sehingga semua bisa mendapatkan margin. Termasuk juga kompetitif terhadap negara lain, sehingga produk-produk hasil industri bisa laku jika dijual keluar negeri," ungkap Wihaji.
Wihaji juga sependapat dan setuju untuk dibangun pabrik pupuk di Batang, selain untuk menyerap gas juga untuk menjamin ketersediaan pupuk di Jawa Tengah.
Direktur Operasional KIW- Ahmad Fauzie Nur, Direktur KIPB- Wahyu Candra, dan Direktur Perumda-Purwaningsih, secara serempak menyampaikan perlunya ketersediaan alokasi gas untuk investasi di Batang dan juga harga gas yang kompetitif.
Sementara itu Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam dengan tegas mengingatkan bahwa berdasarkan keputusan rapat dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada tanggal 11 Agustus 2020, di Semarang telah disepakati akhir September 2020 persiapan pembangunan Pipanisasi Cirebon-Semarang harus sudah dapat berjalan dengan baik.
Dirinya meminta agar PT. REKIND dan PT. PGN (Persero) lebih meningkatkan sinergi agar pembangunan pipa Cisem segera terealisasi sehingga potensi terjadi kemacetan dapat dihindari.
Ridwan kembali mengingatkan bahwa BUMN disamping memiliki peran untuk mencari keuntungan juga memiliki peran sebagai penggerak perekonomian nasional.
"Sebagai BUMN yang berkaitan erat dengan pembangunan pipanisasi gas Cirebon-Semarang (CISEM), kami ingatkan untuk menjalankan dengan baik tupoksinya, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat" Tegas Ridwan.
Setelah audiensi dengan Bupati Batang, Rombongan melanjutkan kunjungan lapangan ke Kawasan Industri Terpadu Batang, Kabupaten Batang, Prov. Jawa Tengah. Turut hadir dalam kunjungan kerja tersebut Kepala Dinas ESDM Propinsi Jateng Sujarwanto, Ditektur PT. Rekind Achmad Muchtasyar, Direktur PT. Rukun Raharja Sumantri, Dirut PT. JPN Iqbal, Dirut PT. EHK Hendrayana, PIC KIT Batang Dicky Pramanto.