Liputan6.com, Jakarta - Chief Economics Danareksa Research Institute, Moekti Prasetiani Soejachmoen, menyambut baik terjadinya surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan September ini yang mencapai USD 2,44 miliar. Menurutnya, tren positif ini sebagai harapan baru bagi industri manufaktur yang terdampak parah akibat pandemi Covid-19.
"Neraca dagang pada September kita surplus USD 2,44 miliar. Dan ini suatu pertanda bagus, karena masih ada kenaikan ekspor-impor berarti ke depannya akan ada produksi bisnis manufaktur," ujar dia dalam webinar bertajuk "Merajut Asa 2021: Vaksin Bikin Makin Yakin", Kamis (15/10).
Baca Juga
Moekti mengatakan, terjadinya surplus neraca perdagangan pada bulan ini tak hanya dipicu oleh peningkatan kinerja ekspor nasional. Melainkan juga adanya kenaikan laju impor ke dalam negeri.
Advertisement
Sehingga diyakini aktivitas industri manufaktur mulai menggeliat di masa kedaruratan kesehatan ini. Menyusul adanya peningkatan permintaan akan berbagai bahan baku impor.
"Karena manufacturing kita ini sangat tergantung pada impor. Jadi sangat tinggi permintaan akan impornya sesuatu yang baik kedepannya," tutupnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2020 surplus sebesar USD 2,44 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 14,01 miliar dari posisi nilai impor sebesar USD 11,57 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, surplus ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan Agustus 2020 sebesar USD 2,35 miliar. Juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi bulan September 2019 di mana pada waktu itu mengalami defisit USD 183,3 juta
"Pada bulan September kita mengalami surplus USD 2,44 miliar. Selama 5 bulan berturut-turut sejak bulan Mei, Indonesia mengalami surplus dan surplus pada bulan September ini lebih besar dibandingkan surplus pada bulan Agustus", jelas dia dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10).
Adapun secara keseluruhan BPS mencatat untuk neraca perdagangan dari Januari sampai September 2020 mengalami surplus USD 13,51 miliar. Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan posisi pada bulan Januari sampai September 2019 yang pada waktu itu mengalami defisit
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenkeu Sebut Turunnya PMI Manufaktur di September Sesuai Prediksi
Pemerintah mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September anjlok hampir empat poin menjadi 47,2 dibandingkan pada Agustus lalu. Saat itu PMI mampu menembus level 50 atau tepatnya 50,8.
Menyikapi hal itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Fabrio Kacaribu menilai wajar. Sebab penurunan PMI pada bulan September dianggap masih lebih baik dibandingkan pada kuartal II 2020 lalu.
Sebagai informasi, pada April lalu. PMI berada di angka 27,5. Posisi ini merosot tajam dibandingkan dengan bulan Maret sebesar 43,5.
"Indonesia terkontraksi lagi PMI nya sedikit. Walaupun secara kuartalan, rata-rata di kuartal dua dengan kuartal tiga sangat signifikan, kuartal III lebih baik," jelasnya dalam acara Dialogue Kita, Jumat (2/10).
Menurut Febrio perolehan PMI di level 47,2 amatlah tidak buruk. Hal ini sebagaimana yang telah dipresiksi oleh Pemerintah seiring penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah.
"Walaupun data bulan terakhir turun sedikit ke 47, 2. Tapi ini tetap tunjukkan konsistensi dengan prediksi kita," ujarnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement