Liputan6.com, Jakarta Forum Ekonomi Dunia (WEF) menyebut jika mesin robotik dan teknologi kecerdasan artifisial dalam beberapa tahun terakhir, bisa meningkatkan banyak peluang kerja baru 5 tahun ke depan. Meski ini juga bisa menjadi ancaman bagi keberadaan pekerja manusia.
Dalam laporannya, seperti melansir CNBC, Rabu (21/10/2020), organisasi tersebut mengatakan kebangkitan era robot dan otomasi akan menghilangkan 85 juta pekerjaan pada 2025. Tetapi pada saat yang sama, WEF mengharapkan terbuka 97 juta pekerjaan baru. Ini artinya, tercipta 12 juta pekerjaan baru.
Baca Juga
“Telah terjadi pelambatan dalam tingkat penciptaan lapangan kerja. Itu bukan kejutan mengingat adanya langkah lockdown dan resesi," ujar Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi.
Advertisement
Pada saat yang sama, organisasi ini memproyeksikan seperti dikatakan para manajer perusahaan pengambil keputusan ini, jika secara keseluruhan tingkat penciptaan lapangan kerja masih akan melampaui pekerjaan yang hilang.
Â
Â
Saksikan Video Ini
Pekerja Harus Mampu Beradaptasi
Walaupun demikian, WEF juga meminta pekerja untuk bisa meningkatkan kemampuan adaptasinya, mengingat dengan menciptakan sektor peluang baru, perkembangan mesin robotik atau kecerdasan artifisial juga bisa menghilangkan 85 juta pekerjaan di bidang tertentu.
Pelatihan khusus untuk membentuk dan meningkatkan kemampuan baru, juga diharapkan bisa disediakan oleh banyak perusahaan terhadap para pekerjanya.
"Jendela peluang untuk para pekerja agar bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi ini memang cukup sempit, oleh karena itu kami meminta untuk banyak perusahaan agar bisa mau memberikan sarana fasilitas bagi pekerjannya dalam pengembangan kemampuan serta pengetahuan baru". Jelas Saadia
Di kesempatan lain pun, IMF (Dana Moneter Internasional) menyatakan bahwa kontraksi ekonomi dunia saat ini masih terus meningkat sebanyak 4 persen akibat kebijakan lockdown dari beberapa negara. Dengan data tersebut, sekarang ini jumlah sektor pekerjaan yang terancam pun juga ikut meningkat seiring dengan kontraksi ekonomi.
Â
Reporter: Yoga Senjaya Putra
Advertisement