Sukses

Total Aset Bank Syariah BUMN Bisa Sentuh Rp 210 Triliun

Penggabungan atau merger bank syariah BUMN akan digarap oleh Hery Gunadi yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menyebutkan, potensi pengembangan bisnis syariah di Indonesia masih sangat besar. Bahkan, melalui penggabungan 3 bank syariah BUMN, dapat menghasilkan total aset hingga Rp 210 triliun.

“Bergabungnya bank syariah BUMN yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah, menghasilkan total aset sekitar Rp 207 sampai Rp 210 triliun,” kata dia dalam video konferensi, Rabu (21/10/2020).

Darmawan Junaidi mengatakan, hal ini merupakan langkah yang besar untuk perkembangan bank syariah, baik di kancah nasional maupun internasional. Bahkan mungkin sampai ke Timur Tengah, dimana memang potensi transaksi syariah di sana cukup besar.

“Jadi kalau kami melihat penggabungan ini adalah satu inisiatif strategis yang bisa terus meningkatkan kinerja syariah bisnis. Tetapi juga bisa memberikan impact yang sangat positif secara konsolidasi kepada Bank Mandiri secara grup,” jata dia.

Adapun penggabungan atau merger bank syariah BUMN ini, akan digarap oleh Hery Gunadi. Rencananya, proses merger ini akan diselesaikan pada awal Februari 2021 mendatang.

Selanjutnya, Hery Gunardi dikabarkan akan mengisi posisi direktur utama di bank syariah BUMN hasil merger tersebut.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Bank Mandiri Jadi Pemegang Saham Mayoritas hasil Merger Bank Syariah BUMN

PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger).

Ringkasan ini mencakup penjelasan mengenai visi, misi, dan strategi bisnis bank hasil merger ini. Publikasi tersebut merupakan bagian dari tahapan rencana penggabungan ketiga bank syariah milik BUMN.

 

Adapun komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (BMRI) sebanyak 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (BNI) sebanyak 25 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia atau (BBRI) sebanyak 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen. Struktur pemegang saham tersebut adalah berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.

Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Hery Gunardi mengatakan, seluruh proses dan tahapan-tahapan setelah Ringkasan Rencana Merger tersebut akan terus dikawal hingga tuntasnya integrasi ketiga bank peserta penggabungan.

"Integrasi ini lebih dari sekadar corporate action. Mengawal dan membesarkan bank syariah terbesar di negeri ini sesungguhnya adalah amanah yang besar. Saya, mewakili PMO, diamanahkan oleh Pemerintah melalui Kementerian BUMN untuk terus mengawal tidak hanya sampai legal merger, tapi juga memastikan hadirnya bank syariah nasional terbesar ini benar-benar dapat memberikan manfaat bagi orang banyak dan membawa nama Indonesia ke kancah global sebagaipusat ekonomi syariah dunia," ungkap Hery di Jakarta, Rabu (21/10/2020).

Menurut Hery sesuai dengan Ringkasan Rencana Merger yang disampaikan, bank hasil penggabungan akan memiliki modal dan aset yang kuat dari segi finansial, sumber daya manusia, sistem teknologi informasi, maupun produk dan layanan keuangan untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah.

Total aset dari gabungan bank syariah pelat merah itu akan mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Dengan demikian Bank Hasil Penggabungan akan masuk ke dalam TOP 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar. Bank Hasil Penggabungan akan tetap menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS.