Sukses

Jurus 19 Bandara Angkasa Pura II Bertahan di Masa Pandemi

Sepanjang Januari hingga September 2020, pandemi COVID-19 memberikan tekanan hebat ke sektor pariwisata dan pendukung, termasuk penerbangan.

Liputan6.com, Jakarta - Mampu bertahan selama masa pandemi virus Covid-19, ternyata tidaklah mudah. Seperti yang dilakukan PT Angkasa Pura II, yang melakukan banyak strategi di sembilan bulan bertahan di masa pandemi.

Sepanjang Januari hingga September 2020, pandemi COVID-19 memberikan tekanan hebat ke sektor pariwisata dan pendukung, termasuk penerbangan. Dimulai pada awal tahun, tepatnya Januari – Februari, rute internasional mulai melemah.

Kemudian berlangsung di Maret, rute domestik ikut terdampak. PT Angkasa Pura II selaku pengelola 19 bandara melakukan sejumlah penyesuaian untuk tetap menjaga konektivitas udara di Indonesia.

“Sudah sekitar 9 bulan kita menghadapi COVID-19 dan selama pandemi ini PT Angkasa Pura II bergerak dinamis dengan menetapkan strategi agar bisa beradaptasi dengan keadaan,” jelas President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Kamis (22/10/2020). Awaluddin mengatakan adaptasi fokus pada 3 area, yakni operasional, pelayanan dan bisnis. Untuk Operasional, dampak pandemi terasa sejak Kuartal I/2020, saat itu jumlah penumpang pesawat di bandara AP II turun 4 persen dibandingkan periode yang sama 2019.

Penurunan itu memberi sinyal bahwa COVID-19 akan berdampak pada penerbangan sepanjang 2020. Sebagai langkah antisipasi agar bandara tetap beroperasi optimal, AP II merespons dengan menetapkan 4 pola operasional, yakni Normal Operation, Slow Down Operation, Minimum Operation I, dan Minimum Operation II.

“Fasilitas yang digunakan di bandara disesuaikan dengan pergerakan penumpang, sehingga penetapan pola operasional ini memungkinkan bandara dapat melakukan efisiensi. Hasilnya, sepanjang 9 bulan terakhir, AP II berhemat Rp1,8 triliun,” jelas Awaluddin.

Kemudian poin selanjutnya adalah pelayanan. Memasuki Kuartal II/2020, AP II sudah menerapkan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi COVID-19, berfokus pada physical distancing, health screening, touchless processing, people protection, dan facility cleanliness and sanitizing.

AP II bersama stakeholder juga menetapkan SOP dalam penanganan COVID-19. Protokol kesehatan dari Kementerian Kesehatan dan Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 juga diterapkan.

“COVID-19 dinyatakan masuk ke Indonesia pada Maret. AP II dan stakeholder langsung berkoordinasi dan menetapkan protokol serta SOP yang sesuai dengan kondisi pandemi. Kami berupaya mewujudkan bandara yang aman, nyaman dan sehat agar masyarakat tidak ragu menggunakan transportasi udara guna mendukung aktivitas,” jelas Awaluddin.

Kolaborasi antara AP II dan stakeholder kemudian diperkuat dengan menggaungkan Safe Travel Campaign.

Hasilnya, Bandara Soekarno-Hatta diakui sebagai salah satu bandara paling aman dari COVID-19. Safe Travel Barometer memberikan skor tertinggi atau Safe Trave Score, hingga 4.09 dari yang paling tinggi 5, terhadap Bandara Soekarno-Hatta sejalan dengan penerapan ketat protokol kesehatan COVID-19.

Kombinasi dari protokol kesehatan, SOP fasilitas dan pelayanan, serta kolaborasi, membuat kepercayaan masyarakat meningkat ditandai dengan meroketnya jumlah penumpang pesawat di 19 bandara.

"Pada Kuartal II jumlah penumpang pesawat 1,56 juta orang, lalu meroket 247 persen menjadi 5,42 juta orang pada Kuartal III/2020,” ungkap Awaluddin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sisi Bisnis

Dan terakhir poin bisnis. Dari sisi ini, AP II menjalankan strategi Business Survival Initiatives yang terdiri dari tiga program yaitu cost leadership, capex disbursement dan cash flow management. Program itu diterapkan dalam bisnis aeronautika dan nonaeronautika.

Fokus bisnis aeronautika di tengah pandemi adalah optimalisasi slot time penerbangan di bandara, pengaktifan kembali rute dan peningkatan frekwensi penerbangan. Adapun melalui fokus ini, sekarang utilisasi kapasitas penerbangan di bandara AP II dapat mencapai sekitar 45 persen.

Sementara itu di bisnis nonaeronautika fokus utama adalah menjaga tenant komersial dapat tetap membuka layanan di terminal penumpang melalui berbagai program customer retention, serta berbagai bisnis yang dijalankan anak usaha.

“Kontribusi bisnis nonaeronautika banyak berasal dari anak usaha yakni PT Angkasa Pura Solusi, PT Angkasa Pura Kargo, PT Angkasa Pura Propertindo, PT Angkasa Pura Aviasi dan PT Gapura Angkasa,” jelas Awaluddin.

AP II pada tahun ini juga berupaya melakukan optimalisasi aset, salah satu realisasinya adalah dibukanya secara resmi pangkalan helikopter (Heliport) di Bandara Soekarno-Hatta yang dikelola oleh Whitesky. Heliport tersebut digunakan untuk transportasi dan medis.

Melalui berbagai inovasi bisnis, AP II dapat menjaga kinerja dengan tetap menjaga EBITDA di area positif pada tahun ini. AP II meyakini lalu lintas penerbangan dan pergerakan angkutan udara akan semakin membaik pada Kuartal IV/2020. (Pramita Tristiawati)