Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero), pengelola 19 bandara di Indonesia, memperluas portofolio ke sektor energi baru terbarukan (EBT) dan fasilitas kesehatan (health care facilities) guna mendukung bisnis inti perseroan.
Strategi ini sebagai salah satu upaya perseroan di dalam mengimplementasikan Business Survival Initiatives di tengah pandemi serta melakukan optimalisasi melalui pivoting business atau mencari peluang.
Baca Juga
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan perluasan portofolio ke EBT dan healthcare facilites juga merupakan upaya perseroan masuk ke bisnis yang menjanjikan di masa depan.
Advertisement
“Di tengah pandemi ini, kami berupaya menjaga dan meningkatkan kontribusi dari bisnis nonaeronautika dengan memperluas portofolio. Saat ini bisnis aeronautika perlahan sudah mengalami peningkatan sejalan dengan naiknya lalu lintas penerbangan, namun masih di bawah kondisi normal,” jelas Muhammad Awaluddin kepada wartawan, Kamis (22/10/2020).
Adapun pada hari ini, 22 Oktober 2020, PT Angkasa Pura II menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM tentang Penerapan Konservasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan Secara Berkelanjutan Pada Bandar Udara.
Muhammad Awaluddin mengatakan melalui MoU ini maka pembahasan lebih intensif dilakukan dengan Ditjen EBTKE untuk penerapan energi baru terbarukan di bandara yang dikelola perseroan.
Kedua pihak, lanjut Muhammad Awaluddin, bisa melaksanakan penelitian, pertukaran informasi dan pengembangan teknologi terkait konservasi energi di bandara, pemanfaatan EBT di bandara, peningkatan efisiensi energi, manajemen energi dan kontribusi penurunan emisi gas.
“Kami memohon bantuan dari Ditjen EBTKE untuk membuat konsep energy management dalam rangka mewujudkan green airport di bandara PT Angkasa Pura II. Untuk pilot project akan dilakukan di Bandara Banyuwangi, Jawa Timur, karena di sana pembangunannya sudah mengadopsi ke arah green airport.”
“Di dalam 2 tahun mendatang, kami menargetkan penggunaan EBT di bandara-bandara PT Angkasa Pura II dapat mencapai 10% dari total penggunaan. Misalnya, saat ini suplai listrik ke Bandara Soekarno-Hatta sebesar 65 megawatt dan pada 2 tahun mendatang kami menargetkan suplai dari EBT bisa menggantikan 6,5 megawatt suplai tersebut,” jelas Muhammad Awaluddin.
Adapun saat ini di kawasan Bandara Soekarno-Hatta sudah dilakukan pemanfaatan EBT. menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap gedung Airport Operation Control Center (AOCC) dengan kapasitas maksimal 241 kWp. PLTS tersebut menjadi pintu masuk bagi energi baru terbarukan untuk digunakan lebih maksimal di bandara-bandara PT Angkasa Pura II.
Sementara itu, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM FX Sutijastoto mengatakan, MoU PT Angkasa Pura II – Ditjen EBTKE sangat penting karena secara global sudah terjadi transformasi energi, perubahan dari energi fosil ke energi baru terbarukan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fasilitas Kesehatan
PT Angkasa Pura II pada hari ini juga melakukan penandatanganan MoU dengan PT Bio Farma (Persero) untuk pembahasan mengenai health care facilities di bandara-bandara PT Angkasa Pura II.
MoU ditandatangani oleh President Director PT Angkasa Pura II dan Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir.
“Melalui MoU akan dibahas lebih detail mengenai health care facilities, termasuk rencana pengoperasian Laboratory Test Facilities di Bandara Soekarno-Hatta beserta seluruh prosedur, sarana dan prasarana,” jelas Muhammad Awaluddin.
Laboratory Test Facilites di Bandara Soekarno-Hatta ini nantinya memiliki kemampuan untuk melakukan PCR Test terhadap penumpang pesawat.
Advertisement