Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus bekerja keras menangani krisis kesehatan dan penurunan ekonomi akibat dari pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan ditempuh, mulai dari dukungan APBN dalam program PEN sebesar Rp 695 triliun, hingga memperlebar defisit 6,3 persen dari GDP.
"Kita terus bekerja sangat keras dan cepat di dalam rangka untuk mengurangi dampak negatif yang luar biasa dari Covid-19 ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Spectaxcular 2020 Virtual Festival, Jumat (23/10/2020).
Baca Juga
Dia mengatakan, di dalam menghadapi suasana tantangan kesehatan yang berakibat pada kondisi sosial ekonomi, maka pemerintah melakukan tindakan secara cepat. Mengingat, ketika kasus Covid-19 diumumkan di Indonesia, dalam satu minggu sudah terjadi capital outflow.
Advertisement
"Hanya dalam satu minggu terjadi capital outflow dari Indonesia. Seluruh emerging market mengalaminya, di Indonesia mencapai Rp 124 triliun capital outflow dan kemudian itu menekan nilai tukar kita dan menimbulkan kepanikan," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus menggunakan instrumen fiskal APBN untuk bisa merespons secara adaptif dan tepat waktu pandemi Covid-19. Meskipun, pada kenyataanya pemerintah sendiri tidak siap ketika mengalami kontraksi ekonomi.
"Meskipun kita tetap berjuang karena kita semuanya tidak ada yang siap menghadapi ini kontraksi ekonomi harus diminimalkan," katanya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Defisit APBN hingga September 2020 Capai Rp 682 Triliun
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat sepanjang periode Januari-September 2020, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 mencapai Rp 682,1 triliun. Defisit ini setara dengan 4,16 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
“Untuk defisit keseluruhan mencapai Rp 682,1 triliun atau defisitnya di 4,16 persen. Ini masih sesuai dengan yang ada di dalam perpres Nomor 72 Tahun 2020,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam APBN Kita, Senin (19/10/2020).
Sri Mulyani mengatakan, realisasi defisit anggaran sampai dengan bulan lalu seiring dengan besarnya belanja yang dibutuhkan pemerintah untuk penanggulangan pandemi Covid-19.
“Defisit di negara lain bisa sampai belasan dan puluhan persen. Kotraksi di kuartal III juga masih minus. Kita berharap Indonesia lebih baik dari peer group-nya,” kata dia.
Lebih lanjut, dari sisi pendapatan negara, realisasi di sepanjang Januari- September 2020 sebesar Rp 1.159 triliun, setara dengan 68,2 persen dari target APBN dapam Perpres 72/2020 yang sebesar Rp 1.699,9 triliun.
Angka realisasi ini mencatatkan pertumbuhan negatif 13,7 persen apabila dibandingkan dengan realisasi di Januari-September 2019 yang sebesar Rp 1.342,25 triliun.
Untuk belanja negara, realisasinya Rp 1.534,7 triliun, setara dengan 56 persen dari target APBN-Perpres 72/2020 yang sebesar Rp 2.739,2 triliun.
Belanja negara mencatatkan realisasi sebesar Rp 1.841,1 triliun atau tumbuh 15,5 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1.594,46 triliun.
Adapun dari sisi pembiayaan, realisasi sampai dengan akhir September 2020 sebesar Rp 784,7 triliun atau 75,5 persen dari APBN-Perpres 72/2020 sebesar Rp 1.039,2 triliun.
Advertisement