Liputan6.com, Jakarta Kegigihannya dalam menahkodai kapal besar Pertamina melalui triple shock akibat pandemi COVID-19 berbuah manis. Media bisnis global, Fortune menobatkan Nicke Widyawati sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh di dunia (Most Powerful Women International) 2020.
Nicke langsung menempati peringkat 16 dari 50 perempuan dunia yang dinilai memiliki kemampuan mengendalikan perusahaan yang dipimpinnya selama pandemi. Ia dinilai Fortune sangat layak menerima apresiasi tersebut karena mampu melakukan terobosan untuk mengendalikan kinerja Pertamina sekaligus berkontribusi maksimal terhadap penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Baca Juga
Perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 ini memang tangguh. Sejak Pemerintah secara resmi mengumumkan pandemi COVID-19 di Indonesia, Nicke langsung mengambil langkah tegas. Secara virtual, di hadapan 32 ribu perwira Pertamina, ia memaparkan kebijakan strategis untuk menjaga kinerja perusahaan dari segi operasional dan finansial. Hal ini dilakukan untuk menyikapi perkembangan terkini pandemi COVID-19 yang tidak hanya berdampak terhadap kesehatan warga dunia tapi terhadap perlambatan ekonomi dunia.
Advertisement
Pertama, Pertamina harus menjamin ketersediaan energi sampai ke seluruh pelosok negeri di tengah pandemi COVID-19.
Untuk menjamin ketersediaan BBM, LPG, dan gas bumi bagi masyarakat dan industri. Pertamina tetap mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir, serta seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina. Nicke berupaya, tidak menghentikan operasi agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK), walaupun perusahaan migas global lainnya maupun industri lain melakukan PHK besar-besaran. Itu adalah sikap pemimpin sejati yang tidak hanya memikirkan kepentingan perusahaan jangka pendek untuk penyelamatan perusahaan, namun dengan pertimbangan mendalam untuk tetap menjadi penggerak perekonomian nasional di masa sulit akibat pandemi Covid-19, terutama untuk Pertamina yang secara langsung menjaga keberlangsungan hidup 1,2 Juta Tenaga Kerja langsung, serta multiplier effect terhadap sekitar 20 juta tenaga kerja secara tidak langsung.
Untuk memberikan kemudahan kepada para pelanggan, Pertamina pun mendorong program digitalisasi SPBU, My Pertamina, serta Call Center 135. . Memasuki era new normal, Pertamina menyadari bahwa digitalisasi harus menjadi platform bisnis Pertamina ke depannya.
Kedua, Pertamina tetap menjalankan proyek-proyek strategis yang menyerap ribuan tenaga kerja dan menggerakan industri nasional.
Pertamina tetap melaksanakan pembangunan proyek kilang RDMP Balikpapan, proyek Gas Processing Facility Jambaran Tiung Biru, dan Proyek PLTG Jawa-1. Tentunya semua dijalankan dengan mematuhi protokol Covid-19 dengan prioritas kesehatan pekerja. Langkah luar biasa ini adalah bentuk nyata komitmen Pertamina sebagai BUMN yang menjalankan amanah dan peran menggerakkan ekonomi nasional, dan tidak hanya berorientasi profit semata.
Ketiga, Nicke Konsisten menjalankan dan memastikan program mandatori Pemerintah.
Dengan keterbatasan mobilitas saat pandemi CoVid-19, Pertamina tetap konsisten menjalankan seluruh program mandatory Pemerintah seperti B30, penyaluran BBM dan LPG subsidi, dan program BBM 1 Harga di daerah 3T, Program Konversi BBM ke LPG untuk Nelayan dan Petani, tetap berjalan lancar.
Penanganan Dampak Covid-19
Keempat, secara korporasi, Nicke sigap memimpin Pertamina Group dalam melakukan berbagai upaya untuk membantu Pemerintah dalam penanganan dampak COVID-19.
Di masa-masa awal Pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, Nicke langsung memutuskan untuk melakukan alih fungsi beberapa aset perusahaan. Hotel-hotel, perusahaan, dan Wisma disulap menjadi safe house untuk isolasi mandiri pasien Covid-19. Bahkan lapangan sepak bola di lingkungan aset Pertamina dialihfungsikan menjadi Rumah Sakit Darurat khusus Covid-19, dengan proses pembangunan yang memakan waktu sangat singkat kurang dari 30 hari. Fasilitas Pertamina juga menjadi salah satu trendsetter dalam penyediaan Drivethru Swab Test yang sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Selain itu, di masa awal Pandemi, Pertamina juga menjadi bagian dari sinergi dengan BUMN lain dalam mendatangkan Alkes untuk tenaga medis serta swab kit. Selain itu, melalui komitmen Nicke yang kuat terhadap penanganan Pandemi Covid-19, Pertamina juga menjadi garda terdepan dalam penyediaan ventilator, serta beragam kontribusi lainnya hingga mencapai Rp1,4 triliun.
Kelima, Nicke mendorong Pertamina untuk memberikan dukungan penuh kepada UMKM.
Memahami akan peran UMKM yang signifikan terhadap perekonomian serta impact-nya terhadap ketenagakerjaan, mendorong Nicke untuk terus memastikan Pertamina memberikan dukungan penuh kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar bangkit dari dampak pandemi. Pertamina menggulirkan beragam program, mulai dari program pelatihan, kemitraan, program pinky movement, pemberdayaan OJOL dalam layanan Pertamina Delivery Service (PDS), hingga pemberdayaan mitra binaan untuk memproduksi APD dan perlengkapan kesehatan lainnya sebagai upaya memenuhi kebutuhan tenaga medis dan masyarakat selama pandemi. Bahkan Pertamina menyelenggarakan pameran virtual dan menyediakan marketplace agar UMKM tersebut dapat terus menjalankan dan mengembangkan usahanya.
“Walaupun Pertamina juga terdampak COVID-19, kita tetap harus dapat menyebarkan energi kepada yang lain agar semuanya bisa survive. Jadi, Pertamina harus survive, industri nasional harus survive, masyarakat juga harus survive. Inilah cara kita memulihkan bangsa,” ujarnya.
Keenam, Efisiensi biaya operasional (operating expenses/opex) untuk semua Pertamina Group sebesar 30 persen dan belanja modal (capital expenditure/capex) hampir 25 persen, dengan tetap meningkatkan produktivitas.
Walapun biaya dipangkas, namun hingga semester 1 / 2020, produksi minyak dan gas bumi Pertamina Group baik untuk aset domestik maupun internasional masih mencapai 99 persen atau 884,1 MBOEPD (ribu barel setara minyak per hari).
“Dengan kondisi force major seperti saat ini, hampir seluruh perusahaan migas dunia mengalami kinerja negatif. Meski kondisi sulit, pada Juni 2020, Pertamina tetap menyetor Rp181,5 triliun kepada negara sebagai hasil kinerja 2019,” ujarnya.
Ketujuh, di tengah pandemi, Nicke bersikap terbuka untuk bersinergi dengan pihak lain mengembangkan berbagai program strategis Pertamina.
Pandemi tidak menyurutkan langkah untuk melakukan pengembangan usaha. Pertamina bersinergi dengan Kementerian Dalam Negeri membangun Pertashop (SPBU mini) di seluruh desa di Indonesia. Pandemi pun mendapatkan kita semua tentang pentingnya kemandirian dalam industri farmasi nasional. Untuk itu, Pertamina bersinergi dengan Kimia Farma mengembangkan produk petrokimia untuk bahkan baku obat-obatan. Dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Pupuk Kujang, Pertamina sepakat membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia. Bahkan Pertamina tetap mendukung program Pemerintah dalam pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada pengerjaan proyek-proyek yang sedang dijalankan melalui sinergi dengan tiga BUMN, yaitu PT Krakatau Steel, PT Pindad (Persero), PT Barata Indonesia (Persero) serta enam perusahaan swasta nasional. Dalam tiga tahun terakhir, TKDN Pertamina terus meningkat rata-rata mencapai hampir 50 persen sebagai bukti nyata Pertamina turut serta menggerakkan perindustrian dan perekonomian nasional.
Advertisement
Restrukturisasi Lanjutan Pertamina
Kedelapan, Nicke memimpin restrukturisasi Pertamina sebagai holding migas
Nicke menegaskan transformasi ini merupakan langkah strategis yang akan tercatat dalam sejarah Pertamina, karena merupakan inisiatif yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan ke depan, bergerak lebih lincah, cepat serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif sehingga menunjang Pertamina menjadi perusahaan global energi terdepan dengan nilai pasar $100 billion.
Kesembilan, Nicke berhasil berkontribusi aktif dalam penurunan impor serta penyediaan energi yang lebih bersih untuk masyarakat melalui program B30 lebih cepat dari target yang ditetapkan Pemerintah.
Program Biodiesel B30 telah dijalankan sejak November 2019. Untuk menekan Current Account Deficit, Pertamina terus berupaya mengoptimalkan sumber daya lokal yang besar, seperti sawit, untuk menjadi energi. Pertamina pun konsisten menjalankan roadmap bioenergi. Nicke juga memimpin uji coba green gasoline di Plaju. Bahkan tiga bulan lalu, Pertamina sukses menghasilkan produk green diesel (D-100) mencapai 1.000 barel per hari di kilang Dumai. Selain itu, karena Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar, Pertamina melakukan upaya coal gasification menjadi DME yang akan digunakan sebagai substitusi LPG sehingga mengurangi impor dan membantu mengurangi defisit neraca perdagangan nasional. Di tengah pandemi yang berlangsung di tahun 2020 ini, Pertamina juga tergabung dalam konsorsium BUMN mengembangkan Industri baterai sebagai energi masa depan dalam menjawab tantangan penetrasi Electric Vehicles (EV) di masa depan. Nicke yakin untuk terus melakukan investasi pengembangan energi untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan secara jangka panjang, termasuk memperkuat dan merealisasikan upaya transisi energi ke arah energi baru terbarukan.
Kesepuluh, Konsisten meningkatkan transparansi dan menjunjung tinggi prinsip Good Corporate Governance.
Sebagai BUMN yang menjalankan penugasan negara dan memberikan pelaksanaannya kepada masyarakat, sangat penting bagi Pertamina untuk menjaga penerapan GCG dalam kegiatan usahanya. Untuk memastikan hal tersebut, Pertamina melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga terkait, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Badan Kejaksaan Agung, dan Kepolisian RI. Bersama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Nicke meluncurkan Piagam New Pertamina Clean untuk diterapkan di seluruh lini Pertamina Group dan mendorong penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) sesuai dengan ISO 37001:2016 di seluruh lini Pertamina Group. Selain itu, Nicke konsisten memprioritaskan penciptaan generasi pemimpin di Pertamina melalui berbagai program pengembangan human capital seperti catalyzer yang juga mendapatkan pengakuan internasional.
Sebagai pimpinan tertinggi, ia juga menjadi role model yang kuat dalam transformasi budaya AKHLAK dan mendorong perwira Pertamina siap berlari mencapai target menjadi perusahaan energi dunia.*
Tahun 2020, bukanlah tahun yang mudah bagi Pertamina, namun Nicke selalu berprinsip “dibalik segala kesulitan, selalu ada bright side, selalu ada opportunity untuk menjadi lebih baik”. Dengan prinsipnya tersebut Nicke konsisten menyebarkan energi positif kepada seluruh tim dan Perwira Pertamina untuk selalu melihat sisi positif dari segala peristiwa dan memberikan semangat dalam menghadapi segala tantangan. Masuknya Nicke ke dalam jajaran most powerful women in the world bukanlah sebuah hasil akhir, melainkan sebuah proses yang memberikan harapan kepada Pertamina dan Negara bahwa kita dapat berkontribusi dan menjadi bagian penting dalam dunia internasional.
(*)