Sukses

Banting Setir Bisnis Piyama, Pemuda Bandung Ini Sukses Raup Omzet Miliaran

Laksono bersama istri mendapat inspirasi untuk membuka usaha produksi piyama wanita dengan merk CKL Looks di saat yang unik yakni ketika tengah menantikan kelahiran buah hati pertama.

Liputan6.com, Jakarta Ide untuk memulai usaha bisa datang dari siapapun dan kapanpun. Bahkan, acap kali kehadirannya tidak diduga-duga, datang di waktu yang tidak terbayangkan. Hal ini diamini Laksono Prayogi (34), pemuda asal Bandung yang sukses mengembangkan usaha produk fashion, dan meraih berkah pasar di masa pandemi.

Laksono bersama istri mendapat inspirasi untuk membuka usaha produksi piyama wanita dengan merk CKL Looks di saat yang unik yakni ketika tengah menantikan kelahiran buah hati pertama.

Cerita bermula pada 3 tahun lalu. Sekitar 2017, ketika tengah menantikan kelahiran anak pertama, Laksono mulai fokus mencari pakaian yang nyaman untuk ibu hamil dan menyusui. Tak diduga, dari hasil pencariannya tersebut, terbesit ide untuk memanfaatkan kebutuhan sang istri. Dia berpikir, mengapa tidak memanfaatkan kebutuhan tersebut sebagai pijakan untuk mulai berjualan pakaian yang nyaman bagi wanita?

“Jadi awalnya CKL Looks lahir dari kebutuhan ibu menyusui akan busana yang nyaman. Setelah itu, banyak pelanggan yang melirik produk kami dan keinginan mereka makin lama makin berkembang,” ujar Laksono pada Jumat (23/10).

Setelah itu, Laksono dan istri pun mulai usaha kecil-kecilan berjualan pakaian untuk ibu menyusui. Dihadapkan pada munculnya kebutuhan pelanggan yang makin beragam, Laksono mulai menjual produk sandang yang lebih menjangkau kebutuhan para perempuan yakni piyama.

 

2 dari 4 halaman

Alasan Pilih Bisnis Piyama

Piyama dipilih bukan tanpa alasan. Pelanggan CKL Looks di awal berdiri banyak yang curhat kesulitan menemukan piyama multifungsi. Mereka ingin memiliki piyama yang bisa dikenakan tidak hanya tidur, namun juga saat menerima tamu, berbelanja, hingga pergi ke kantor atau bersantai di kala libur.

Alhasil, Laksono dan istri pun membanting setir produksi dan mulai membuat piyama casual untuk wanita. Tak disangka, keputusan mereka mendapat sambutan baik. Alih-alih kehilangan pelanggan, jumlah pembeli produk mereka justru terus bertambah.

“Karena pembeli makin banyak akhirnya kami sematkan brand CKL Looks. Nama brand ini terinspirasi anak saya yang bernama Cassandra Keil Laksono,” kata Laksono.

Di awal berjualan piyama, Laksono menemui kendala dalam hal produksi. Produksi piyama kerap mengandalkan tenaga konveksi dan vendor yang berbeda-beda. Akibatnya kualitas piyamanya pun tidak merata. Terkadang sesuai harapan, tapi tak jarang juga yang gagal total. Namun, rintangan ini tidak mematikan semangat Laksono dan istri. Mereka tetap tekun memproduksi piyama dengan brand sendiri. Hingga akhirnya, rejeki menghampiri mereka di awal 2020.

3 dari 4 halaman

Permintaan Piyama Melonjak di Tengah Pandemi

Saat pandemi Covid-19 mulai merebak, Laksono dan istri justru menuai berkah. Sejak awal tahun, permintaan produk piyama CKL Looks makin banyak. Kondisi ini dimulai dari melonjaknya permintaan hingga mencapai 5.000 piyama dalam kurun dua pekan. Karena membludaknya pesanan, Laksono mulai membenahi seluruh sistem produksi, distribusi, dan pelayanan pelanggan. Hingga akhirnya ia dan istri memutuskan untuk fokus memproduksi piyama di salah satu pabrik pakaian (garmen) berkualitas ekspor.

Keputusan tersebut menuai hasil positif. Kualitas produk yang meningkat membuat pesanan CKL Looks membludak, hingga kini mencapai 20.000 piyama setiap bulan. Omset CKL Looks juga melonjak hingga sekitar Rp4 miliar – Rp5 miliar per bulannya.

“Karena pesanan makin banyak, saya butuh tempat penampungan yang lebih besar. Saya sempat kesulitan mencari dana untuk memenuhi kebutuhan ini, hingga akhirnya datang kesempatan untuk mengajukan kredit dari BRI,” ungkap Laksono.

4 dari 4 halaman

BRI Membantu Bisnis CLK Looks

Menurut Laksono, kesulitan dialami karena kebutuhannya untuk ekspansi tempat usaha tiba di tengah pandemi. Karena itu, banyak lembaga keuangan yang menahan diri untuk menyalurkan pembiayaan. Akan tetapi, hal yang sama tidak dialami ketika ia mengajukan kredit ke BRI.

Dia bahkan menyebut, respon BRI begitu cepat untuk menjawab kebutuhannya. Hal ini sangat membantu keberlangsungan usahanya yang mendesak. Alhasil, setelah melalui proses yang singkat dan memenuhi segala persyaratan, Laksono berhasil mendapat kucuran kredit investasi dari BRI Kantor Cabang Bandung Martadinata.

“Saya suka sekali marketingnya BRI ini sangat kooperatif dan aktif menghubungi saya agar proses pembiayaan selesai cepat. Akhirnya alhamdulillah, pinjaman bisa saya dapatkan untuk ekspansi tempat usaha,” ujarnya.

Efisiensi waktu penyaluran pembiayaan memang telah diimplementasikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, setelah perseroan mentransformasi layanan hingga bertumpu pada penggunaan teknologi dan sistem digital. Melalui konsep go shorter, go smaller, and go faster, BRI bertekad menjadi bank terdepan untuk menjawab seluruh kebutuhan masyarakat secara cepat, tepat, dan sesuai kebutuhan.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, penerapan sistem digital untuk menyalurkan pembiayaan dan berbagai insentif bagi pelaku usaha makin intensif dilakukan selama pandemi. Alasannya, bantuan yang cepat dan penyaluran pembiayaan bagi pelaku usaha diharapkan berdampak pada membaiknya kondisi perekonomian masyarakat.

“Bagi BRI yang fokus di UMKM, meskipun krisis, pada situasi seberat apapun, BRI harus terus ekspansi. Dukungan bagi mereka (UMKM) justru harus dimaksimalkan agar roda perekonomian bisa segera berjalan normal. Untuk itu, BRI siap menjadi garda terdepan untuk membantu segala kebutuhan layanan keuangan masyarakat,” tutup Sunarso.

 

(*)