Liputan6.com, Jakarta - Menabung atau menyisihkan uang untuk masa depan menjadi satu hal yang sangat penting di tengah pandemi COVID-19. Apa yang tejadi saat ini sekaligus memberi pelajaran banyak pihak tentang pentingnya manajemen keuangan.
“Yang paling perlu berinvestasi adalah yang belum punya aset tapi punya kebutuhan masa depan,” tegas Eko Priyo Pratomo, Co-Founder Halofina dan Financial Planner dalam Dialog Produktif yang diselenggarakan di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), seperti ditulis, Minggu (25/10/2020).
Baca Juga
Meski dalam kondisi perlambatan ekonomi karena pandemi, bahkan resesi di depan mata, Eko Priyo Pratomo menganjurkan agar setiap orang memiliki tabungan rutin.
Advertisement
“Sisihkan di awal untuk tabungan ini. Nilainya sisa dari biaya kebutuhan dasar,” ujarnya.
Gaya hidup minimalis supaya bisa rutin menabung juga sangat dianjurkan oleh Eko Priyo, terlebih dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti ini.
Lalu bagaimana bila ternyata penghasilan tidak bersisa atau bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar? “Maka carilah penghasilan tambahan supaya ada dana berlebih yang bisa ditabung atau diinvestasikan. Umumnya, jika dalam kondisi kepepet, manusia akan semakin kreatif mencari cara dan menemukan solusi,” ungkapnya.
Kebutuhan di masa depan jadi motivasi penggerak untuk bekerja lebih giat dan disiplin dalam menabung.
“Kalau dari sekarang sudah tahu bahwa di masa depan nanti ada kebutuhan, misalnya untuk biaya sekolah ataupun yang lainnya, kebutuhan inilah yang menjadi motivasi agar selalu disiplin menyisihkan untuk tabungan atau investasi,” jelasnya.
Mulai menabung saja sekarang, berapapun itu, kenapa menunda?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Merasa Tak Mampu Menabung? Coba Tips Jitu dari OJK Ini
Menabung menjadi sebuah landasan penting dalam mengelola keuangan. Ada cara yang efektif untuk menabung bagi orang yang selalu merasa kekurangan pendapatan.
"Kita perlu menabung bukan menunggu sisa keperluan tetapi sisihkan di awal," kata Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Tirta Segara, dalam Webinar Indonesia Millenial Financial Summit Jakarta, Senin (7/9/2020).
Tirta menurutkan, saat menerima penghasilan sebaiknya langsung dialokasikan beberapa persen untuk ditabung. Boleh memiliki target tetapi harus juga menyesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah menyisihkan uang untuk menabung dan kebutuhan pokok, baru bisa digunakan untuk konsumsi. Sebab, logika menabung dengan anggapan ketika uang bersisa itu tidak mungkin.
"Kalau nunggu ada sisa itu tidak mungkin, pasti habis (dikonsumsi)," kata dia.
Bentuk tabungan pun kata Tirta beragam jenisnya. Mulai dari menabung emas, saham hingga Reksadana. Namun, terkait ini dia menyarankan harus paham dan hati-hati.
"Reksadana ini harus hati-hati karena ini sedang fluktuatif," kata dia.
Bila ingin melakukan investasi, Tirta mengatakan harus berhati-hati dan mengenali jenis produk yang digunakan. Sebab semua investasi memiliki jangka panjang, sejalan dengan keuntungan yang didapatkan.
Agar tidak terjebak dalam investasi bodong, Tirta memberikan beberapa tips. Pertama ,mengenali kebutuhan dan kemampuan. Kedua mengenali produk dan lembaga jasa keuangan.
Dalam hal ini masyarakat diharapkan berhati-hati. Sebab dalam survei OJK menunjukkan hanya 38 persen tingkat literasi di Indonesia. Padahal ada 76 persen keterlibatan masyarakat dalam inklusi keuangan.
Ketiga, mengenali manfaat dan risiko investasi. Tirta menyebut semua investasi memiliki resiko tergantung imbal hasil yang didapatkan. Dia mengingatkan jangan mudah terperangkap oleh iming-iming investasi dengan risiko 0 persen. Sebab hal itu hanya berlaku untuk penjualan surat berharga negara (SBN) yang dikeluarkan pemerintah .
"Kalau ada yang mengatakan Investasi bebas resiko itu harus hati-hati karena yang investasinya yang 0 persen itu SBN dan SBN ritel," kata dia.
Hal terpenting dalam investasi yakni me mengenali hak dan kewajiban. Konsumen juga memiliki hak dan kewajiban seperti merahasiakan kata sandi, kode OTP dan mengecek saldo berkala.
"Merahasiakan password, kode OTP, dan cek saldo berkala, itu kewajibannya (konsumen)," kata dia mengakhiri.
Advertisement