Sukses

Jadi Penghasil Nikel Terbesar Dunia, 10 Negara Ini akan Cuan di Era Mobil Listrik

Dengan terus bergeraknya popularitas mobil listrik, komoditas nikel sekarang ini menjadi perlombaan bagi banyak negara.

Liputan6.com, Jakarta Saat popularitas kendaraan listrik terus menanjak karena kian diminati, masa depan produksi nikel juga semakin cerah di masa depan.

Permintaan komoditas tambang ini akan terus tumbuh, mendorong perusahaan dan negara penghasilnya bersemangat untuk menggenjot produksi.

Bahkan, CEO kendaraan listrik Tesla Elon Musk mengakui tentang potensi nikel ini. Dia mengatakan nikel merupakan tantangan terbesar produksi baterai mobil listrik di dunia.

"Nikel menjadi tantangan terbesar untuk baterai (mobil listrik) secara volume besar dan jarak yang jauh. Australia dan Kanada melakukannya dengan cukup baik. Produksi nikel AS secara obyektif sangat buruk. Dan Indonesia yang terhebat," cuit Musk, melalui twiter, pada 27 juli 2020 lalu.

Lantas negara mana saja yang bisa menikmati masa depan nikel ini?

Berdasarkan data terbaru dari Survei Geologi AS pada 2019, berikut 10 negara produsen nikel terbesar dunia, melansir dari Investing News, Senin (26/10/2020).

10. Amerika Serikat

Total Produksi: 14.000 MT

Di peringkat terakhir, Amerika Serikat mengalami penurunan produksi nikel dari 17.600 MT di tahun 2018 hingga menjadi 14.000 MT di tahun 2019.

The Eagle Mine merupakan satu-satunya perusahaan tambal Nikel di Amerika. Hasil pertambangan yang bisa ditemukan pada Yellow Dog Plains di Peninsula, Michigan, merupakan pertambangan nikel dan juga tembaga. Tempat pertambangan ini, sampai sekarang dimiliki oleh Lundin Mining.

9. Kuba

Total Produksi: 51.000 MT

Sama seperti China, produktivitas produksi nikel Kuba masih bersifat stabil dengan angka 51.000 MT. Nikel menjadi barang perdagangan paling penting untuk perekonomian Kuba yang problematik.

Kuba sebelum tahun 2000, mampu memproduksi lebih dari 74.000 MT nikel per tahun, tapi semenjak setelah periode tersebut, angka produksi terus menurun.

8. Brazil

Total Produksi: 67.000 MT

Brazil melihat adanya penurunan produksi nikel di tahun 2019, dari 74.400 MT hingga 67.000 MT. Vale sendiri merupakan perusahaan produsen nikel besar di Brazil.

Perusahaan tersebut telah melakukan perjanjian akan pertukaran barang komoditas nikel Jaguar dengan Metal Centaurus dengan pihak Salobo West Copper. Perjanjian itu berhasil diselesaikan pada tahun 2010.

 

 

 

 

 

 

Saksikan Video Ini

2 dari 3 halaman

7. China

Total Produksi: 110.000 MT

Dari tahun 2018 hingga 2019, China  tidak melihat adanya peningkatan secara signfikan dalam produktivitas produksi Nikel. Dalam kurun 2 tahun tersebut, jumlah produksi stabil berada di angka, 110.000 MT.

Selain menjadi salah satu negara produsen nikel terbesar, China juga berhasil menghasilkan nikel Baja Pig, yang merupakan tipe nikel rendah yang biasanya biasa digunakan untuk membuat barang Stainless Steel.

Jinchuan Group International merupakan perusahaan induk dari Jinchuan Group, yang merupakan perusahaan produsen nikel terbesar di China.

6. Kanada

Total Produksi: 180.000 MT

Sama seperti Australia, Kanada melihat pertumbuhan tingkat produksi nikel dari 176.000 di tahun 2018 hingga menjadi 180.000 di tahun 2019.

Sudbury Basin adalah perusahaan pemasok nikel kedua terbesar dari negara ini. Sudbury Basin sendiri pertahun mampu memproduksi sebanyak 65.000 MT Metal.

Faktor penting lain dari produktivitas penghasilan Nikel di Kanada sendiri adalah Glencore. Glencore sendiri adalah sebuah perusahaan pertambangan Nikel yang memiliki pertambangan Raglan di Quebec dan juga tempat operasi terintegrasi Nikel di Ontario.

5. Australia

Total Produksi: 180.000 MT

Australia, salah satu negara produsen terbesar nikel juga mengalami peningkatan produksi dari 170.000 MT di tahun 2018 menjadi 180.000 MT di tahun 2019.

Beberapa produsen terbesar di negara ini, termasuk BHP, belakangan ini mengumumkan rencananya untuk terus menumbuhkan investasi terhadap operasional produksi nikel. Di mana permintaan dari komoditas ini terus diminati oleh banyak pihak.

Saat tahun 2014 sampai dengan 2016, harga Nikel sendiri pernah terjun bebas sampai mengakibatkan beberapa daerah pertambangan di Australia terpaksa tutup.

Tapi saat harga komoditas kembali seperti normal, sampai akhirnya para pihak pertambangan sekali lagi mencoba membuka produksinya.

4. New Caledonia

Total Produksi: 220.000 MT

Wilayah yang merupakan kepemilikan negara Prancis ini melihat adanya peningkatan produktivitas di tahun 2018, berawal dari 216,000 MT menjadi 220,000 MT.

Tapi tidak seperti Indonesia dan Filipina, New Caledonia tidak mau mengekspor komoditasnya tersebut kepada China, dengan alasan untuk menyimpan dan memperbaiki industri lokalnya.

Tapi pada Desember tahun 2016, di bawah pemerintahan baru, kegiatan ekspor nikel ke China pun akhirnya disetujui, dan semenjak itu New Caledonia sudah mengirimkan lebih dari 2 juta ton nikel ke negeri bambu tersebut.

Walaupun begitu ekonomi dari wilayah ini pun nampaknya terancam, mengingat ketergantungannya dengan harga nikel.

Di tahun 2018, VALE yang merupakan salah satu pertambangan besar, mengumumkan rencananya untuk menginvestasikan lebih dari USD 500 juta kepada produksi nikel di New Caledonia dari tahun 2019 sampai 2022.

Tapi di akhir tahun 2019, rencana itu berubah karena perusahaan tambang tersebut kembali memfokuskan usahanya di Indonesia.

 

 

 

3 dari 3 halaman

3. Rusia

Total Produksi: 270.000 MT

Walaupun Rusia menjadi negara produsen nikel urutan ketiga dunia, pada tahun 2019 negara ini sempat mengalami penurunan produksi. Berawal dari 272.000 MT di tahun 2018 hingga turun menjadi 270.000 MT.

Tetapi menurut Norilsk Nickel yang merupakan produsen nikel terbesar di Rusia, dilaporkan memproduksi Nikel dengan tidak produktivitas yang baik.

Laporan tersebut menyatakan bahwa total produksi Nikel tahun lalu selalu bertumbuh 5 per sen dari tahun ke tahunnya hingga menjadi 229.000 ton.

 

2. Filipina

Total Produksi: 420.000 MT

Filipina memang terkenal sebagai salah satu negara produsen top untuk masalah produksi nikel. Walaupun sempat mengalami penurunan produksi di tahun 2017-2018, dari 366.000 MT menjadi 340.000 MT, pada 2019 Filipina kembali menggenjot tingkat aktivitasnya, dengan total 420.000 MT.

Hampir sama halnya dengan Indonesia, dengan jaraknya yang cukup dekat dengan China dan total 30 tempat pertambangan, membuat proses ekspor Nikel menjadi ideal bagi negara ini.

Tapi terdapat laporan bahwa tahun lalu, produsen pertambangan DMCI terbesar, bahwa kegiatan produksi bisa terancam menurun dengan kebijakan pemerintah untuk menutup 2 lahan pertambangan di Filipina.

1. Indonesia

Total Produksi: 800.000 MT

Indonesia selama ini dijadikan sebuah tolak ukur oleh banyak pihak mengenai keseriusan sebuah negara untuk terjun kepada tren Nikel.

Pada tahun 2019 sendiri, dilaporkan bahwa penghasilan nikel sendiri bisa melampaui produksi minyak kelapa sawit, yang merupakan komoditas kedua terbanyak untuk bisa diekspor.

Jaraknya yang cukup terjangkau dengan China, yang menjadi negara pemimpin dalam produksi manufaktur kendaraan elektronik, membuat proses ekspor komoditas ini menjadi sangat ideal. Indonesia juga masih mempunyai mempunyai cadangan nikel sebanyak 21 juta MT.