Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun lebih dari 3 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan ini menambah kerugian yang telah dicetak pada pekan lalu.
Penurunan harga minyak ini disebabkan karena lonjakan kasus Covid-19 di Eropa. Lonjakan kasus ini diperkirakan akan mengurangi permintaan.
Baca Juga
Sentimen lain yang mendorong pelemahan harga minyak adalah berproduksinya kembali ladang minyak Libya. Hal ini tentu akan membuat pasokan minyak di dunia bertambah banyak.
Advertisement
Amerika Serikat (AS) juga melaporkan jumlah tertinggi infeksi virus Covid-19 baru dalam dua hari hingga Sabtu, sementara di Prancis kasus baru mencapai rekor lebih dari 50.000 pada hari Minggu. Italia dan Spanyol memberlakukan pembatasan baru untuk menahan penyebaran virus.
“Ini adalah hari Senin yang gelap di pasar minyak,” kata analis Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.
“Kami telah lama memperingatkan bahwa gelombang kedua dari langkah-langkah pembatasan virus korona yang ketat dapat diberlakukan kembali, dan itu sekarang terjadi secara nyata.” tambah dia.
Mengutip CNBC, Selasa (27/10/2020), harga minyak Brent turun USD 1,31, atau 3,1 persen menjadi USD 40,46 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,29 atau 3,2 persen menjadiUSD 38,56 per barel. Kedua kontrak tersebut turun hampir 2,5 persen pada minggu lalu.
National Oil Corp (NOC) Libya pada hari Senin mengakhiri keadaan kahar pada fasilitas yang ditutup oleh blokade ekspor minyak selama delapan bulan.
NOC mengatakan pada hari Jumat bahwa produksi Libya akan mencapai 1 juta barel per hari (bpd) dalam beberapa minggu mendatang, peningkatan yang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak analis.
Hal itu dapat mempersulit upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC untuk membatasi pasokan guna mengatasi permintaan yang lesu sehingga harga minyak mengalami tekanan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
OPEC
Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan pemulihan pasar minyak mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan karena ada virus Covid-19 di seluruh dunia.
OPEC+, kelompok produsen minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari pada Januari 2021 setelah rekor pemotongan produksi awal tahun ini.
“OPEC+ tidak boleh ceroboh dan harus mengatasi masalah barel ekstra yang muncul di pasar, jika tidak, hari-hari harga minyak yang relatif stabil akan dihitung,” kata analis minyak PVM Tamas Varga.
Advertisement