Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di level Rp 14.625 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.650 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mencatat pandemi Covid-19 memaksa berbagai negara untuk kembali bekerjasama atau mengarah ke multilateralisme. Penyebabnya adalah untuk menangani dan mengatasi pandemi Covid-19 negara tidak akan bisa sendirian.
Baca Juga
"Sehingga setiap negara akan secara sukarela bekerja sama dan melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang saling menguntungkan," ujar dia dalam riset harian seperti diktuip Liputan6.com, Selasa (27/10/2020).
Advertisement
Ibrahim melanjutkan dalam perdagangan besok pagi rupiah kemungkinan akan dibuka menguat 40 point, namun ditutup menguat tipis antara 5-30 point di level 14.600-14.630.Â
Ibrahim menilai salah satu persoalan yang sudah membayangi negara-negara pasca pandemi adalah perkara fiskal. Pasca Covid-19 banyak negara bakal mengalami beban fiskal yang sangat besar. Misalnya saja negara berpenghasilan rendah pasti membutuhkan restrukturisasi atau dukungan utang agar dapat bangkit dan memulai proses pembangunannya kembali.
Adapun negara berkembang harus mengatur kembali fiskal dan moneternya. Sebab, situasi pandemi menuntut peran bank sentral, misalnya, untuk menyokong pembiayaan defisit yang meningkat drastis.
"Bank Indonesia sampai saat ini terus membantu dan mengendalikan gejolak mata uang rupiah akibat pandemi covid-19 yang belum ada penyelesaian. Dengan strategi bauran ekonomi, bisa mengendalikan gejolak pertumbuhan dan stagnasi ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi kembali membaik walaupun tidak seperti yang diharapkan. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemangku abdi negara agar bisa berfikir secara logis dan mencari solusi," jelas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wabah virus corona COVID-19 tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, namun berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini berdampak bagi bursa saham dan nilai tukar rupiah.
Faktor Eksternal
Sementara dari sisi eksternal adanya kekhawatiran atas potensi dampak ekonomi dari kasus COVID-19 yang terus meningkat. Di mana Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Prancis mencatat rekor jumlah kasus COVID-19 harian, alhasil langkah-langkah pembatasan diberlakukan kembali di beberapa negara Eropa.
"Kekhawatiran atas potensi dampak ekonomi dari langkah-langkah tersebut mengurangi sentimen dan mendorong investor ke logam kuning safe-haven. Ada lebih dari 43,4 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia pada 27 Oktober, menurut data Universitas Johns Hopkins," ucapnya.
Di AS, pembicaraan mengenai langkah-langkah stimulus terbaru tampaknya telah terhenti, dengan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada hari Senin mengatakan pembicaraan telah melambat. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi tetap optimis bahwa konsensus dengan Senat Partai Republik dapat dicapai mengenai langkah-langkah sebelum pemilihan presiden, sekarang hanya seminggu lagi.
"Sedangkan di seberang Atlantik, Inggris dan Uni Eropa (UE) bekerja melawan waktu untuk menjembatani kesenjangan dan menyegel kesepakatan perdagangan Brexit. Kepala negosiator Uni Eropa akan menuju ke London untuk melanjutkan negosiasi," tutupnya.
Advertisement