Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Merah Putih untuk menahan penyebaran virus Covid-19 dikembangkan di Indonesia secara mandiri. Ide awal pengembangan vaksin ini adalah jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa sehingga diperlukan langkah antisipatif untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri.
“Indonesia adalah negara besar dengan 270 juta penduduk. Itu akan sangat riskan kalau kita terlalu bergantung kepada vaksin didatangkan dari luar. Sehingga kita harus punya kemampuan tidak hanya diproduksi, tapi juga di tahap penelitian dan pengembangan,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, dalam video konferensi Update KPCPEN: Prinsip Keamanan Vaksin Covid-19, Selasa (27/10/2020).
Setelah dikeluarkannya Keppres Nomor 18 Tahun 2020 mengenai tim pengembangan vaksin, Bambang mengidentifikasi 6 institusi yang sedang mengembangkan vaksin merah putih ini. Keenam institusi tersebut adalah Lembaga Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga.
Advertisement
“Menariknya, dari 6 institusi ini menggunakan platform yang berbeda-beda,” tutur Bambang. Dengan begitu, maka nanti akan ada 6 versi Vaksin Merah Putih untuk Covid-19 yang dihasilkan.
Bambang menjelaskan, hasil akhir dari masing-masing versi vaksin tergantung pada teknologi dan instrumen yang dikuasai institusi dan peneliti. Namun, pada akhirnya semua vaksin ini akan keluar sebagai vaksin covid-19. Sehingga pemerintah tetap akan memfasilitasi produksinya.
“Intinya, mereka akan keluar dengan vaksin Covid-19. Kita akan fasilitasi untuk produksinya. Karena tugas kami adalah sampai prototipe, yaitu di bibit vaksin. Seterusya itu akan menjadi tanggung jawab dari Biofarma yang juga rencananya akan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta,” ungkap Bambang.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Survei: Publik Yakin Vaksin Merah Putih Akhiri Pandemi Covid-19 di Indonesia
Sebelumnya, Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia) meminta pekerja di DKI Jakarta untuk menilai tingkat optimisme terhadap Vaksin Merah Putih yang kini sedang dikembangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi RI.
Sebanyak 70,7 persen responden menyatakan bahwa mereka optimis bahwa Vaksin Merah Putih akan menyelesaikan pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Tingkat optimisme yang tinggi menunjukkan apresiasi publik terhadap pemerintah yang sedang mengembangkan Vaksin Merah Putih, serta merupakan representasi harapan masyarakat bahwa Vaksin ini dapat menyelesaikan pandemi Covid-19," Manajer Riset Lembaga Survei KedaiKOPI, Justito Adiprasetio dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (17/10/2020).
Survei ini juga mengungkap bahwa ada kenaikan persepsi ancaman Covid-19 di mata publik dibandingkan 6 bulan lalu. Hal tersebut dapat terlihat dari 64,7 persen responden yang menjawab bahwa Covid-19 sebagai sebuah ancaman.
Hal tersebut berbanding lurus dengan sedikitnya jumlah responden yang percaya bahwa orang Indonesia kebal terhadap Covid-19 yaitu sebesar 26,5 persen. Jumlah tersebut menurun 5,3 persen dari survei sebelumnya yang dilakukan pada awal September 2020 lalu. Justito menambahkan
“Meningkatnya persepsi ancaman Covid-19 dan semakin menurunnya tingkat kepercayaan bahwa orang Indonesia kebal terhadap Covid-19 merupakan sebuah penanda bahwa tingkat kesadaran publik akan bahaya dari virus itu meningkat," ungkap dia.
Tingkat kesadaran yang tinggi juga berdampak pada perilaku yang ditunjukkan publik selama Pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut dapat terlihat dari seberapa sering publik melakukan tindakan pencegahan Covid-19 dalam seminggu dengan skor 0 untuk tidak pernah dan nilai 7 untuk melakukannya setiap hari.
Penggunaan masker ketika keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai masing-masing 6,5; 6,4; dan 6,0. Sedangkan penggunaan hand sanitizer mendapatkan skor 5,8, konsumsi multi-vitamin sebanyak 4,5, dan penyemprotan disinfektan sebanyak skor 3,6.
Survei ini juga memperlihatkan terbaginya persepsi responden terhadap efektifitas dari pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang kedua oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebanyak 49,8 persen menyatakan PSBB kedua ini efektif, berbanding tipis dengan yang menyatakan bahwa PSBB kedua ini tidak efektif sebanyak 48,7 persen.
Selain itu, jumlah responden yang bekerja dari rumah sebanyak 30,5 persen, sedangkan yang masih masuk ke kantor sebanyak 36,1 persen. Sisanya, sebanyak 33,4 persen menyatakan bahwa mereka mendapatkan shift masuk bergiliran.
Advertisement