Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun ke level terendah dalam 1 bulan pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penurunan menambah tekanan yang harus dihadapi emas pada sesi perdagangan sebelumnya.
Pendorong penurunan harga emas ini adalah penguatan dolar AS yang menjadi aset lindung nilai yang cukup disukai, di tengah peningkatan kasus Covid-19 jelang pemilihan presiden AS.
Mengutip CNBC, Jumat (30/10/2020), harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.869,22 per ounce, setelah jatuh 2 persen pada perdagangan hari Rabu.
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS tergelincir 0,6 persen dan menetap di USD 1.868 per ounce.
"Anda tengah melihat perpindahan dari aset berisiko ke safe havens. Namun sayangnya aset safe havens tersebut dolar AS dan bukan emas," kata analis Quantitative Commodity Research, Peter Fertig.
Indeks dolar AS naik ke level tertinggi dalam lebih dari satu minggu, didorong dari arus masuk safe-haven. Para pelaku pasar memburu aset safe havens karena Jerman dan Prancis baru saja memberlakukan lockdown untuk membendung gelombang virus Covid-19 kedua.
Harga emas juga mengalami tekanan karena data ekonomi AS mulai membaik. Klaim pengangguran AS turun menjadi 751.000 pada minggu 24 Oktober versus perkiraan konsensus 775.000 dan dibandingkan dengan 791.000 pada minggu sebelumnya.
Meskipun mengalami tekanan, harga emas masih naik 22 persen di tahun ini, dibantu oleh suku bunga mendekati nol secara global dan langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perdagangan Sebelumnya
 Harga emas turun 2 persen pada hari Rabu karena investor berbondong-bondong ke dolar. Ini karena tidak adanya tanda-tanda langkah-langkah stimulus fiskal AS yang akan segera terjadi untuk meredakan pukulan ekonomi dari pandemi COVID-19.
Dikutip dari CNBC, Kamis (29/10/2020), harga emas di pasar spot mencapai level terendah sejak 28 September di USD 1.869.21 per ounce sebelum pulih ke USD 1.881.41. Emas berjangka AS turun 1,5 persen menjadi USD 1.882,70.
"Logam sangat bergantung pada lebih banyak stimulus pada saat ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
"Secara keseluruhan, pasar emas melemah karena penguatan dolar karena kurangnya langkah-langkah stimulus dan mentalitas risk-off menuju pemilihan ini," tambahnya.
Dolar melonjak 0,6 persen ke level tertinggi lebih dari satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, dengan prospek lockdown Eropa yang baru membebani euro dan mempercepat kejatuhan ekuitas.
Terlepas dari volatilitas baru-baru ini, emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang di tengah stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya, masih naik sekitar 25 persen sepanjang tahun ini.
Analis mengatakan bahwa meskipun harga logam mulia telah turun, langkah tersebut belum membuat investor terburu-buru untuk menutupi kerugian di tempat lain dan memenuhi panggilan margin, seperti yang terjadi pada bulan Maret.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa kesepakatan bantuan ekonomi kemungkinan akan datang setelah pemilihan 3 November.
Dia juga mempertanyakan integritas pemilihan Presiden AS, dengan mengatakan akan "tidak pantas" untuk mengambil waktu ekstra untuk menghitung jutaan surat suara yang diberikan melalui pos.
David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures mengatakan peningkatan global dalam kasus virus corona juga sama pentingnya.
"Semua itu bertanggung jawab atas peningkatan volatilitas dan penurunan harga emas," pungkasnya.
Advertisement