Sukses

Cabai hingga Bawang Merah jadi Penyebab Inflasi Oktober 2020

BPS mencatat selama Oktober 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Oktober 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen. Dengan angka ini, maka tingkat inflasi tahun kalender dari Januari ke September 2020 tercatat sebesar 0,95 persen dan inflasi tahun ke tahun 1,44 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan ada beberapa komoditas yang menyebabkan terjadinya inflasi pada Oktober 2020 ini. Di mana cabai merah, bawang merah, dan minyak goreng masing-masing memberikan andil terhadap inflasi Oktober.

"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah cabai merah, berikan andil inflasi 0,09 persen. Kemudian disusul bawang merah andil 0,02 persen. minyak goreng 0,09 persen," kata dia, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/11).

Dia mengatakan, untuk cabai merah, kenaikan ini terjadi di 82 kota IHK. Di mana kenaikan tertinggi di Bulukumba sebesar 85 persen, Padang, Sidempuan dan Tegal masing-masing 76 persen. Sementara untuk bawang merah kenaikan harga terjadi di 70 kota IHK, tertinggi di Lhokseumawe 33 persen.

"Itu yang sebabkan kelompok pengeluaran berikan andil 0,07 persen," imbuh dia.

Namun sebaliknya, pada bulan Oktober ini, juga terjadi penurunan harga untuk beberapa komoditas sehingga sumbang deflasi. Diantaranya telor ayam ras yang beri andil deflasi 0,02 persen, daging ayam ras dan beberapa jenis buah-buahan yang masing-masing berikan andil deflasi 0,01 persen.

Sebelumnya, Suhariyanto mengatakan dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), 66 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflalsi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,04 persen.

"Sementara inflasi terendah terjadi di Jakarta, Cirebon, Bekasi, dan Jember masig-masing sebesar 0,01 persen," kataya.

Sebaliknya deflasi tertinggi terjadi di Manokwari. Di mana deflasinya adalah minus 1,81 persen dan deflasi terendah terjadi di Surabaya yaitu minus 0,02 persen.

"Apa yang menyebabkan deflasi tertinggi di Manokwari, penyebabnya adalah turunnya tarif angkutan udara yang memberikan andil sebesar minus 0,80 persen," katanya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Oktober 2020 Catatkan Inflasi Usai Deflasi 3 Bulan Berturut-turut

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan selama Oktober 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen. Dengan angka ini, maka tingkat inflasi tahun kalender dari Januari ke September 2020 tercatat sebesar 0,95 persen dan inflasi tahun ke tahun 1,44 persen.

"Harga berbagai komoditas pada bulan Oktober tahun 2020 ini secara umum menunjukkan adanya kenaikan berdasarkan hasil pemantauan BTS di 90 kota inflasi pada bulan Oktober tahun 2020 ini terjadi inflasi sebesar 0,07 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/11).

Suhariyanto mengatakan dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), 66 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,04 persen.

"Sementara inflasi terendah terjadi di Jakarta, Cirebon, Bekasi, dan Jember masig-masing sebesar 0,01 persen," kataya.

Sebaliknya deflasi tertinggi terjadi di Manokwari. Di mana deflasinya adalah minus 1,81 persen dan deflasi terendah terjadi di Surabaya yaitu minus 0,02 persen.

"Apa yang menyebabkan deflasi tertinggi di Manokwari, penyebabnya adalh turunnya tarif angkutan udara yang memberikan andil sebesar minus 0,80 persen," katanya.

Dia menambahkan, sesudah tiga bulan berturut-turut mengalami deflasi pada Juli, Agustus, dan September, pada bulan Oktober ini mengalami inflasi tipis yaitu sebesar 0,07 persen. Bisa dilihat bahwa inflasi umumnya adalah 1,44 persen sedikit meningkat dibandingkan posisi bulan September yang sebesar 1,42 persen.

"Dengan catatan kalau dibandingkan posisi bulan Oktober tahun 2019 inflasi pada bulan Oktober tahun 2020 yang sebesar 1,44 persen ini tergolong sangat rendah karena pada bulan Oktober tahun 2019 inflasi sebesar 3,13 persen," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.comÂ