Sukses

Pilpres AS Tak Pengaruhi Kerjasama Dagang dan Investasi dengan Indonesia

Pilpres AS 2020 tak akan berpengaruh signifikan terhadap kesepakatan dagang dan investasi antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) Muhammad Lutfi menilai, persaingan antara Donald Trump dan Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) AS 2020 tak akan berpengaruh signifikan terhadap kesepakatan dagang dan investasi antara Indonesia dengan Negeri Paman Sam.

"Jadi saya merasa yakin, siapapun presiden Amerika yang terpilih, saya akan berusaha sekuat tenaga memastikan bahwa dengan tingginya perdagangan akan mendatangkan investasi," kata Lutfi dalam sesi teleconference, dikutip Selasa (3/11/2020).

Menurut dia, Indonesia dan Amerika Serikat selama ini memiliki kesamaan norma dan nilai-nilai yang dianut dalam aktivitas dagang dan kehidupan bernegara.

"Jadi nilai-nilai dan norma itu adalah kita ini dua bangsa yang mempunyai demokrasi secara terbuka, dua bangsa yang menjunjung tinggi hukum, dua bangsa yang memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk mengemukakan pendapat, dan bebas untuk memilih," paparnya.

Intensitas hubungan yang baik pun tergambar saat kunjungan Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto ke Negeri Paman Sam pada Oktober 2020 lalu untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper.

"Karena kita tidak bisa membicarakan keamanan regional tanpa adanya kerjasama antara kedua kementerian pertahanan," ungkap Lutfi.

Terbaru, AS baru saja memperpanjang fasilitas Generalized System of Preference (GSP) atau pembebasan tarif bea masuk untuk Indonesia. Fasilitas ini didapat pada 30 Oktober 2020, setelah melalui rangkaian panjang negosiasi selama 2,5 tahun sejak Maret 2018.

"GSP kita yang sudah makan waktu 2,5 tahun kok di saat-saat terakhir ini berhasil pecah, tembus, dan kita mendapatkan closure daripada review ini menjadi nilai-nilai. Tetapi saya yakin ini adalah karena kita mempunyai kedekatan-kedekatan yang baik," ujar Lutfi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Usai Perpanjangan GSP, Indonesia Targetkan Ekspor USD 60 Miliar ke AS di 2024

Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk memperpanjang preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia pada 30 Oktober 2020.

Kebijakan ini diproyeksikan akan menggenjot arus perdagangan dua arah kedua negara, sekaligus berdampak pada kerjasama di bidang investasi.

Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan, Pemerintah Indonesia juga memproyeksikan status GSP dapat dinaikan menjadi Limited Trade Deal (LTD). Ini agar volume perdagangan dua arah Indonesia dan AS dapat meningkat dua kali lipat hingga USD 60 miliar pada 2024.

"Ini merupakan bagian utama kita untuk bisa masuk ke pintu masuk ke dalam Limited Trade Deal. Jadi hanya ada Amerika Serikat negara satu-satunya di dunia yang bisa mengadakan Limited Trade Deal," jelas Lutfi dalam sesi teleconference, Senin (2/11/2020).

Sebagai perbandingan, Lutfi memaparkan, ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam pada 2019 lalu dengan fasilitas GSP nilainya mencapai USS 2,61 miliar. Itu setara 13,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang berjumlah USD 20,1 miliar.

Sementara untuk periode Januari-Agustus 2020, nilainya berjumlah USD 1,87 miliar, atau naik 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Lutfi menjelaskan, fasilitas LTD ini sederhananya adalah skema yang bisa membebaskan pajak secara permanen bagi negara yang sudah ada di dalam kerjasama GSP. Guna mendapat fasilitas lanjutan tersebut, Pemerintah RI menyusun road plan dengan memfokuskan lada skema 5+7+5.

Pada skema tersebut, Pemerintah RI akan mengajukan pemanfaatan LTD untuk; 5 produk utama (apparel, produk karet, alas kaki, elektronik dan furniture), 7 produk potensial (produk kayu, travel goods, produk kimia lainnya, perhiasan, mainan, rambut artifisial dan produk kertas), dan 5 produk strategis (produk mesin, produk plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan medis dan produk kimia organik).

"Saya ingin contohkan produk tekstil dan pakaian kena tarif 10,7 persen. Ini pada 2019 ekspor kita ke Amerika Serikat USD 4,43 miliar, atau seperlima dari ekspor kita ke Amerika Serikat," terangnya.

"Kalau kita ikut LTD, kita akan menegosiasikan dalam pandangan kami setidaknya separuh dari 10,7 persen itu bisa dibebaskan. Ini memberikan comparative advantage yang luar biasa buat Indonesia," tegas Lutfi.