Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan bahwa telah ada 9 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yang sudah beroperasi. Adanya Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum ini diharapkan mempercepatan terbentuknya ekosistem kendaraan listrik.
"Kami launching operasional SPBKLU, ini jadi percepatan ekosistem listrik berbasis baterai," kata Arifin di Jakarta, Selasa (3/11/2020).
Baca Juga
Arifin melanjutkan, Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) ini akan mempercepat penggunaan teknologi listrik untuk kendaraan. Dia menginginkan mekanisme teknologi ini bisa dikembankan lebih luas agar bisa makin bermanfaat.
Advertisement
"Mekanisme ini bisa dikembangkan lebih luas lagi dan bisa memberikan manfaat buat yang lebih luas lagi," kata dia.
Sebab, kata dia dengan menggunakan kendaraan listrik, bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih tenang. Sekaligus memanfaat kan sumber energi yang lebih ramah di Indonesia.
"Kita berharap dengan maraknya pemanfaatan tenaga listrik bisa membuat lingkungan yang lebih bersih dan lebih tenang," kata dia.
Pemerintah dalam hal ini juga akan mengedepankan pembangunan infrastruktur nasional yang sesuai. Sebab energi alternatif di masa mendatang akan lebih berperan terutama kendaraan listrik.
"Peran daripada renewable energi akan lebih berperan di masa mendatang dan kita harapkan energi fikasi yang semakin sempurna," kata dia.
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
2 Perusahaan Internasional Bantu Antam Produksi Baterai Mobil Listrik
Sebelumnya, pemerintah berencana membentuk holding PT Indonesia Battery untuk mengoperasikan pabrik baterai kendaraan listrik. Pembangunan pabrik baterai ini akan dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam) bersama PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
Rencana tersebut langsung disambut oleh dua perusahaan produsen baterai kendaraan listrik terbesar dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) dan LG Chem Ltd. Kedua perusahaan ini mengisyaratkan bergabung dengan proyek yang dapat menghasilkan investasi lebih dari USD 20 miliar, atau setara Rp 294 triliun (kurs Rp 14.700 per dolar AS) dalam rantai pasok di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, menyampaikan bahwa dua korporasi itu telah menandatangani perjanjian terpisah dengan Antam bulan lalu. Kesepakatan itu bertujuan untuk memproduksi produk baterai bernilai lebih tinggi dari produksi tambang nikel milik negara.
"Ini adalah persaingan di bidang teknologi. LG Chem dan CATL merupakan dua pelopor dalam teknologi baterai lithium," kata Seto seperti dikutip Bloomberg, pada Rabu 14 Oktober 2020.
Saat ini, Indonesia memiliki hampir seperempat cadangan nikel secara global, yang merupakan logam utama untuk mobil listrik, dan tengah berupaya memanfaatkan keuntungan tersebut. Ini seiring dengan harga listrik dan biaya produksi yang rendah untuk membangun industri baterai secara domestik.
Juru Bicara LG Chem menilai, pihaknya dan Antam telah sepakat untuk menjajaki opsi perusahaan patungan, meskipun rencananya masih dalam tahap yang sangat awal. Kesepakatan penuh disebutnya akan bantu memberikan LG Chem akses yang stabil ke nikel.
Sementara CATL, perusahaan China yang telah menjadi bagian dari konsorsium untuk membangun pabrik pemrosesan nikel dan infrastruktur rantai pasok baterai lainnya di Sulawesi Tengah, menolak berkomentar.
Antam sendiri tengah menjajaki kerjasama dengan pihak ketiga, dan mempelajari rencana pengembangan industri hilir biji nikel.
Advertisement