Sukses

Untuk Pertama Kalinya, Realisasi Investasi di Luar Jawa Lebih Besar

Realisasi investasi luar Jawa pada periode triwulan III (Juli-September) 2020 yang lebih besar dibandingkan Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendorong pemerataan realisasi investasi ke luar Jawa, sebagai bagian dari upaya mewujudkan investasi berkualitas.

Upaya tersebut mulai terlihat dari penyebaran realisasi investasi luar Jawa pada periode triwulan III (Juli-September) 2020 yang lebih besar dibandingkan Jawa.

"Lebih besarnya porsi realisasi investasi di luar Jawa dibanding Jawa kali ini merupakan pertama kali sejak data realisasi investasi triwulan IV tahun 2016 lalu," kata Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Imam Soejoedi dikutip dari Antara, Selasa (3/11/2020).

Ia menegaskan investasi yang ditangani oleh BKPM hanya di sektor riil, tidak termasuk sektor minyak dan gas (migas) serta keuangan.

BKPM mencatat realisasi investasi di luar Jawa mencapai Rp110,4 triliun (52,8 persen) naik 17,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Sedangkan realisasi investasi di Jawa sebesar Rp98,6 triliun (47,2 persen), turun sebesar 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Imam mengatakan salah satu faktor pendorong pemerataan realisasi investasi ke luar Jawa yaitu infrastruktur yang memadai serta ketersediaan bahan baku.

"Saat ini luar Jawa semakin memiliki daya tarik bagi investor, di antaranya karena infrastruktur yang sudah dibangun di periode pertama Pemerintahan Presiden Jokowi. Pemerintah terus melakukan pembangunan infrastruktur di luar Jawa, sehingga siap untuk dijadikan lokasi investasi bagi para investor," tambahnya.

Selain itu, kata dia, salah satu strategi lain adalah memberi insentif fiskal yang lebih besar jika investor investasi di luar Jawa.

"Misal investor yang melakukan kegiatan usahanya di Jawa, bisa kita kasih insentif fiskal selama 10 tahun. Tapi jika investasinya di luar Jawa, pemerintah bisa berikan insentif fiskal sampai dengan 15 tahun," katanya.

Berdasarkan data yang ada di Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI) BKPM, pada periode triwulan III tahun 2020, Provinsi Jawa Barat masih jadi lokasi investasi yang paling diminati dengan realisasi investasi sebesar Rp28,4 triliun atau 13,6 persen dari total realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Sedangkan provinsi di luar Jawa yang menjadi lokasi paling diminati investor yaitu Riau, dengan nilai realisasi investasi sebesar Rp13,0 triliun atau 6,2 persen dari total realisasi investasi pada periode triwulan III tahun 2020 ini. Kemudian di urutan ketiga adalah Maluku Utara dengan nilai realisasi investasi PMA sebesar 0,8 miliar dolar AS (10,8 persen).         

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ada UU Cipta Kerja, BKPM Optimis Investasi 2021 Akan Jauh Lebih Tinggi

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja akan membawa dampak signifikan bagi iklim investasi.

Dirinya optimistis, UU Cipta Kerja akan membuat realisasi investasi tahun 2021 akan lebih tinggi dari tahun ini, ditambah dengan kondisi pandemi yang diharapkan akan berangsur mereda.

"Kalau UU sudah disahkan dan ini menjadi bagian yang dibutuhkan untuk kemudahan usaha, di tahun 2021 pasti lebih tinggi dari 2020. Kita punya cadangan ada 153 perusahaan yang siap masuk di tahun 2021," ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10/2020).

Dirinya melanjutkan, industri baterai akan segera dibangun tahun 2021. Bahkan untuk kelas menengah, pembangunannya akan dilakukan pertengahan November mendatang.

"Jadi 2021, InsyaAllah pandemi selesai, investasi naik, ini karena respon baik dari global dan dalam negeri, juga kita gairahkan UMKM untuk mendapat akses permodalan," ujarnya.

Untuk tahun ini pun, Bahlil tetap optimis Indonesia akan mencapai target investasi sebesar Rp 817 triliun. Dirinya menegaskan telah memperhitungkan target investasj dengan matang.

"Saya bilang, BKPM menentukan target itu tidak simsalabim, tapi disertai dengan analisa, kajian, data dan melihat peta kondisi yang ada. Jadi Insya Allah kami nggak bermaksud overconfidence, tapi akhir 2020, Insya Allah investasi Rp 817 triliun itu tercapai," tegasnya.Â