Sukses

Tengok Berbagai Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III, Bakal Resesi?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2020 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis 4 November 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2020 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis 4 November 2020. Sebagian besar ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan kontraksi.

Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali terkontraksi di kuartal ketiga hingga minus 3 persen. Dengan pertumbuhan yang juga minus di kuartal II maka Indonesia akan masuk periode resesi.

Namun, banyak ekonom memperkirakan minus pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini tidak akan sebesar pada kuartal II. Diketahui pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia minus 5,3 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, memperkirakan bahwa seluruh komponen penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) masih akan negatif di kuartal III 2020. Menurut dia, hanya konsumsi pemerintah yang akan tumbuh secara signifikan.

“Berdasarkan estimasi kami, untuk kuartal III nanti, hampir seluruh komponen PDB masih akan negatif," kata dia seperti dikutip, Rabu (4/11/2020).

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati pun cukup optimistis  ekonomi Indonesia di kuartal III mampu tumbuh lebih baik jika dibanding kuartal sebelumnya. Kendati diakuinya ekonomi nasional pasti masuk dalam resesi.

"InsyaAllah kuartal III ekonomi lebih baik walau kita masih negatif. Tetapi trennya sudah membaik," tegas dia dalam webinar oleh LPDP bertajuk "STUDIUM GENERALE 2020: Rekacipta Generasi Muda Menuju Indonesia Emas", pada Senin 2 November 2020.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Resesi Cuma Stampel, Tak Ada Dampak Signifikan

Sebelumnya beberapa ekonom juga menuturkan hal serupa. Umumnya, mereka menilai status resesi ini tak akan banyak membawa pengaruh kepada Indonesia. Pasalnya, krisis sudah dirasakan selama sekitar 8 bulan pandemi covid-19 berlangsung.

“Menurut saya, resesi tidak berdampak ke depan. Karena kejadian ya sudah berlalu. Perekonomian kita kedepan lebih dipengaruhi oleh kondisi kita di waktu yang akan datang, khususnya terkait pandemi,” kata Ekonom Senior PIter Abdullah.

“Pertumbuhan ekonomi kuartal III saya perkirakan kembali minus di kisaran 3 persen. Tetap minus, tetapi lebih baik dibandingkan kuartal II,” kata Piter.

Sementara, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III- 2020 terkontraksi di kisaran -3,13 persen.

Josua merincikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan terkontraksi ke kisaran -3,54 persen yoy dari kuartal sebelumnya -5,51 persen yoy.

“Meskipun konsumsi masih terkontraksi pada kuartal III-2020, namun tidak sedalam kontraksi pada kuartal II-2020. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan PSBB transisi di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat, meskipun situasinya belum kembali ke level normal,” kata dia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 di angka -1,5 hingga -3 persen. Angka ini terbilang lebih kecil dibandingkan kuartal II.

Pertumbuhan ekonomi minus kembali, lantaran kelas menengah dan atas masih melanjutkan untuk menahan belanja dan mengalihkan uang ke simpanan di perbankan. Situasi ini terjadi karena kasus harian covid masih berada diatas 3.000-4.000 kasus sepanjang kuartal III 2020.

“Rem darurat yang ditarik oleh Pemda DKI Jakarta dengan lakukan pengetatan PSBB menurunkan gairah belanja dari konsumen,” kata Bhima.

 

3 dari 3 halaman

Kontraksi Berlanjut Hingga Kuartal IV

Lebih lanjut, Bhima memperkirakan kontraksi pertumbuhan ekonomi ini masih akan berlanjut hingga kuartal IV-2020. “Masih berisiko tumbuh negatif melihat mobilitas masyarakat masih belum kembali ke titik baseline sebelum pandemi,” kata Bhima.

Menurutnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pengembangan vaksin Covid-19 dimana sejauh ini belum ada satupun yang lolos uji klinis akhir.

Peneliti Senior Universitas Padjadjaran (Unpad) Bayu Kharisma mengingatkan pentingnya antisipasi dampak resesi terhadap kelangsungan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan bagi pekerja pabrik.

“Indonesia sekarang ini menuju ambang resesi, secara umum pasti yang akan terasa adalah daya beli masyarakat semakin terpukul. Selain itu, akan memberikan dampak negatif bagi UKM. Tahun 2021 saya rasa adalah cobaan berat kepada pelaku kelompok UKM dan pekerja pabrikan golongan 2 dan 3," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini