Liputan6.com, Jakarta - Pengelola Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau juga dikenal sebagai Bandara Kertajati tetap beroperasi di tengah pandemi Covid-19 dengan membuka penerbangan domestik untuk beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia, Citilink dan Air Asia.
Namun, Direktur Utama PT BIJB Salahuddin Rafi mengaku saat ini bandara masih kosong penumpang karena masalah konektivitas yang belum tersambung.
"Penumpang kan biasa menunggu 2-3 jam di bandara sebelum pemberangkatan. Jadi mereka butuh konektivitas. Sementara Tol Cisumdawu saat ini kan belum tersambung. Dengan adanya tol itu nanti akses ke Bandara (Kertajati) bisa 40 menit sampai 1 jam," jelas dia lewat sambungan telepon kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).
Advertisement
Untuk itu, Salahuddin berharap PT BIJB bisa segera mendapat izin pemberangkatan untuk jamaah umrah asal Jawa Barat. Izin tersebut jadi kunci agar Bandara Kertajati bisa kembali ramai akan penumpang dan pergerakan pesawat.
"Kami masih menunggu izin dari Menkumham dan Menag untuk keberangkatan umrah dari bandara Internasional Kertajati," ujar dia
"Soalnya potensi penumpang umrah asal Jawa Barat kan besar banget, sekarang bisa sampai 6.000 penumpang. Tahun 2019 aja ada sekitar 200 ribu orang penumpang umrah dari Jawa Barat," terangnya.
Menindaki kekosongan penumpang tersebut, pengelola Bandara Kertajati menggencarkan lini bisnis lain untuk tetap mendapat pemasukan. Salah satunya menyediakan spot foto di public area untuk kepentingan prewedding.
Meski demikian, Salahuddin menyampaikan, bisnis prewedding foto tersebut belum banyak membantu kegiatan usaha perseroan yang mati suri akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan.
"Jadi kalau mau kawin bisa pakai public area kami buat foto-foto. Enggak ramai, tapi ada aja. Makanya diharapkan izin umrah bisa kami dapatkan sih," pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bandara Sepi, Pengelola Kertajati Pilih Kembangkan Kawasan Industri
Jumlah penumpang pesawat di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati sepanjang pandemi Covid-19 tercatat sangat minim. Sejak April hingga Agustus 2020, bandara tersebut hanya mencatat satu kali penerbangan non-komersil.
Direktur Utama BIJB Salahudin Rafi memprediksi, kondisi minim penumpang tersebut bakal terus terjadi hingga rentang waktu 2023-2024.
"Karena pada hari ini panglima yang tertinggi di dunia itu adalah kesehatan. Mau pakar apapun pasti yang paling utama adalah kesehatan. Kebangkitan ini juga kalau vaksinnya sudah ditemukan baru terjadi normal kembali," ujarnya dalam sesi webinar, Selasa (15/9/2020).
Menindaki situasi tersebut, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bawah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat disebutnya membuat beberapa strategi manajemen kontinuitas untuk Bandara Kertajati. Salah satunya terkait strategi pemulihan bisnis (business recovery).
Menurut dia, business recovery ini sebenarnya malah back to basic. Dimana tahap pertama pembangunan Bandara Kertajati atau BIJB secara masterplan semustinya difokuskan untuk kawasan industri di sekitarnya.
"Memang saya baca sejarahnya, BIJB atau Bandara Kertajati ini bandara dibangun oleh Pemprov (Jawa Barat) untuk membuat kawasan industri terlebih dahulu, di daerah Majalengka dan Cirebon untuk meratakan ekonomi dari industri yang ada di Jawa Barat. Jadi yang dibangun itu industrinya dulu, kota barunya dulu, lalu bandaranya dibangun," bebernya.
"Ini sejarahnya terbalik, bandaranya dulu dibangun tapi industrinya belum terbentuk. Sehingga kebangkitan untuk bandaranya belum baik," dia menandaskan.
Advertisement