Sukses

Perang Dagang Diprediksi Makin Panas Usai Terpilihnya Joe Biden Jadi Presiden AS

Joe Biden menilai kerja sama yang telah diepakati oleh Donald Trump justru tidak membawa keuntungan berarti AS, sementara China justru terus meningkat nilai perdagangannya.

Liputan6.com, Jakarta - Terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) tidak akan menghapus perang dagang. Justru, kebijakan presiden dari partai Demokrat itu diyakini akan meningkatkan ketegangan perang dagang.

"Kalau misalkan dikatakan trade war (perang dagang) itu akan menurun tensinya dengan terpilihnya Biden. Saya rasa tidak gitu ya, akan tetap ada. Justru tensinya meningkat," kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho, dalam Press Conference INDEF & Launching Indeks Konsumen Indonesia (IKON-Indonesia), Minggu (8/11/2020).

Menurutnya hal itu tercermin dalam empat arah kebijakan ekonomi AS ke depan. Sebagaimana yang disampaikan Joe Biden dalam berbaga kesempatan.

Pertama, menolak kebijakan "Fase 1" antara AS dengan China yang disepakati oleh pemerintahan Donald Trump. Sebab, Biden menilai kerja sama tersebut justru tidak membawa keuntungan berarti AS, sementara China justru terus meningkat nilai perdagangannya.

"Dikatakan Biden ini (Fase 1) seperti cek kosong saja sebetulnya. Nah ini kritik Biden Kepada Trump," paparnya.

Kedua, Biden bersama sekutu akan meningkatkan tekanan terhadap China melalui perang dagang. Hal ini disampaikan dalam presentasinya atas rencana kebijakan ekonomi berjudul Made in All of America. "Tujuannya untuk memproteksi pasar AS," ucapnya.

Ketiga, kebijakan menaikkan standar 51 persen lokal konten untuk produk Made in America. "Dan yang sudah sudah ada lokal kontennya juga akan terus ditingkat presentasenya," paparnya.

Kebijakan ekonomi dari Joe Biden selanjutnya, menaikkan corporate tax menjadi 28 persen bagi perusahaan di luar AS. "Padahal sebelumnya corporate tax hanya dikenakan sebesar 21 persen," tukasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Detik-Detik Joe Biden Menang Pemilu Presiden Amerika Serikat 2020

Setelah berhari-hari menunggu, jurnalis Wolf Blitzer dari CNN mengumumkan siapa pemenang Pemilu Amerika Serikat 2020. Joe Biden menjadi presiden AS selanjutnya menggantikan Donald Trump.

"Setelah empat hari yang panjang dan menegangkan, kami telah mencapai momen bersejarah dalam pemilihan ini. Kami sekarang dapat memproyeksikan pemenang pemilihan presiden. Proyeksi CNN Joseph R. Biden Jr. terpilih sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat, memenangkan kursi menuju White House dan menolak Presiden Trump untuk masa jabatan kedua," kata Blitzer seperti dikutip dari CNN, Sabtu (8/11/2020).

"Kami dapat membuat proyeksi ini karena proyek CNN Biden memenangkan Pennsylvania."

Blitzer menambahkan: "Mantan wakil presiden, dalam pencalonan ketiganya untuk jabatan tertinggi, keluar dari kekalahan langka dari komandan tertinggi. Dengan kemenangan ini, Kamala Harris menjadi wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama sebagai wakil presiden."

"Sekali lagi, CNN memproyeksikan Joe Biden akan menjadi presiden Amerika Serikat ke-46. Jake, dia sekarang adalah presiden terpilih Joe Biden."

3 dari 3 halaman

Joe Biden Menang Pemilu AS 2020 Usai Unggul di Pennsylvania

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden memenangkan Pemilu Amerika 2020 dan akan menjadi presiden AS ke-46. Total suara elektor yang diraih Joe Biden tembus 270 setelah menang di Pennsylvania. 

Sejumlah media AS seperti CNN, NBC, dan Time telah mendeklarasikan kemenangan Joe Biden. 

Menurut peta AP, Sabtu (7/11/2020), Joe Biden meraih 284. Sedangkan Trump mendapatkan 214 sura.

Joe Biden berhasil merebut Pennsylvania yang awalnya diungguli oleh Donald Trump. Suara elektoral Joe Biden diprediksi bertambah jika ia memenangkan Nevada, Georgia, dan Arizona. 

Kubu Donald Trump telah mengambil langkah hukum untuk meminta hitung ulang. Mereka juga masih belum mengaku kalah. 

Joe Biden kini adalah salah satu presiden tertua di AS sepanjang sejarah.