Liputan6.com, Jakarta - Joe Biden memenangkan Pemilu Amerika Serikat 2020 dengan mengalahkan Presiden Donald Trump. Joe Biden menjadi presiden Amerika Serikat ke-46 pada Sabtu 7 November 2020.
Total suara elektor yang diraih Joe Biden tembus 270 setelah menang di Pennsylvania. Menurut peta AP, Sabtu (7/11/2020), Joe Biden meraih 284. Sedangkan Trump mendapatkan 214 suara. Joe Biden berhasil merebut Pennsylvania yang awalnya diungguli oleh Donald Trump.
Baca Juga
Lalu apa saja kebijakan ekonomi Joe Biden?
Advertisement
Ekonom sekaligus Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan, ada 5 arah kebijakan Biden ke depan. Pertama perjanjian perdagangan akan berfokus pada kerjasama regional, bukan bilateral. Kedua, trade wars akan tetap ada dan tensinya akan meningkat (kerja sama dengan sekutu AS).
“Kalau dikatakan Apakah trade Wars itu akan menurun tensi nya saya rasa tidak, akan tetap ada,” kata Eko dalam diskusi Indef, Minggu (8/11/2020).
Ketiga, Buy America Plan, dengan menaikkan standar 51 persen local content untuk produk Made in America, Pengadaan infrastruktur akan menggunakan produk AS yang diproduksi di AS, USD 400 miliar untuk procurement investment, dan USD 300 miliar untuk teknologi R&D.
“Nah ini kalau kita bisa melihat nanti akan menaikkan standar 51 persen untuk produk made in America tetapi oleh Biden akan ditingkatkan lagi. Lalu pengadaan infrastruktur akan menggunakan produk AS yang diproduksi di AS,” jelasnya.
Kebijakan keempat Joe Biden, Clean energy, rejoin Paris Agreement; kelima menaikkan corporate tax menjadi 28 persen (dari 21 persen), minimum tax untuk perusahaan di luar AS, agar perusahaan-perusahaan di luar AS tidak masuk safe heaven dan cenderung bisa menginvestasikan ke negara berkembang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Lantas apa pengaruhnya terhadap Indonesia?
Eko mengatakan ruang kerja sama bilateral antara kedua negara akan lebih ketat, karena memang balik lagi kebijakan perdagangan yang menjadi referensi oleh Biden adalah regional daripada perjanjian kerjasama bilateral.
Apakah ada peluang untuk meningkatkan ekspor ke AS? Kata Eko tentu ada, karena ekspor itu dari segi impor nilai impor perdagangan AS pada sebelum era Trump itu jauh lebih rendah daripada setelah era Trump, ini menjadi salah satu hal yang mungkin kita bisa meningkatkan juga ekspor ke AS.
Lalu Foreign Direct Investment (FDI) AS di beberapa negara akan meningkat termasuk rencana untuk investasi di Indonesia. Ini yang perlu menjadi perhatian dan juga investment diversion dari China, inilah kenapa perlu digarisbawahi.
“Kalau misalnya kita tidak bisa memanfaatkan investment dari diversion China dan ini kebalik lagi ke beberapa negara berkembang termasuk di Indonesia salah satunya kita akan kalah karena sebelumnya pada trade wars kita tidak mendapatkan apa-apa dari perpindahan dari investasi dari China ke luar negara China,” pungkasnya.
Advertisement