Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 bisa mencapai 5 persen. hal ini sekaligus menjawab kapan Indonesia bisa keluar dari resesi.
“Kita melihat ke depan di tahun 2021, kita berharap pertumbuhan kita akan mencapai seperti apa yang disampaikan oleh World Bank, ADB, IMF. Dimana pertumbuhan kita diperkirakan sekitar 5 persen,” kata Airlangga dalam talkshow Update KPCPEN: Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (9/11/2020).
Airlangga menyebut, pertumbuhan perekonomian di Kuartal III ini mengalami perbaikan, meskipun minus 3,49 persen. Meski demikian, dibandingkan kuartal sebelumnya, ada kemajuan.
Advertisement
“Jadi kalau di kuartal keempat kita bisa pertahankan pertumbuhan ini, maka tentu kita berharap pada kuartal keempat bisa masuk jalur positif walaupun secara konservatif kita mengatakan minus 1,6 persen sampai dengan positif 0,6 persen,” jelasnya.
Hal itu menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah seluruhnya sudah berada dalam jalur yang benar. Lantaran kini tingkat kesembuhan pasien Covid-19 sudah mencapai 84 persen.
Kemudian, tingkat kematian masih sedikit di atas global dan Airlangga melihat penanganan covid maupun pemulihan ekonomi dilakukan dengan gas rem yang seimbang.
Apalagi, pertumbuhan di sektor pertanian selalu positif selama pandemi Covid-19. Serta sektor perindustrian sudah ada kenaikan dengan PMI yang mendekati 50 persen.
“Kalau bicara resesi 215 negara terkontraksi, tetapi kalau kita lihat di negara ASEAN Indonesia yang terbaik. Baik dari segi kontraksi kita jauh di atas Singapura, Malaysia dalam 2 kuartal atau di seputar 3 kuartal terakhir,” pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Chatib Basri Sebut Ekonomi Indonesia Mulai Pulih di 2022
Ekonom Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia akan pulih mulai tahun 2022 jika persoalan pandemi COVID-19 sudah bisa diatasi.
“Setelah pandemi bisa diatasi, aktivitas mulai mengarah kepada normal, baru kita bicara tahap pemulihan, sekarang itu survival,” kata Chatib Basri seeorti dikutip dari Antara, Senin (9/11/2020).
Chatib Basri menyebut saat ini masa bertahan atau survival dari dampak pandemi Virus Corona, meski pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan perbaikan dari kuartal II yang mencapai kontraksi 5,32 persen menjadi kontraksi 3,49 persen pada kuartal III-2020.
Mengingat saat ini dinilai sebagai masa bertahan, lanjut dia, pelaku usaha belum akan melakukan ekspansi bisnis karena masih ada pembatasan ekonomi.
“Misalnya restoran, orang hanya boleh 50 persen, untuk apa ekspansi restoran baru jika di tempat yang ada saja belum bisa penuh karena masih pembatasan,” kata Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.
Chatib Basri menambahkan ketika ekonomi mulai pulih dan normal kembali tahun 2022, diperkirakan investasi swasta baru akan meningkat.
“Jika vaksin butuh waktu 2021, saya tidak yakin investasi swasta naik tajam 2021 karena protokol masih in place karena itu proses recovery di mana investasi naik itu periode setelah kondisi ekonomi mulai normal,” imbuh mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2012-2013.
Pemerintah, lanjut dia, memiliki peran penting di dalam memberikan insentif kepada pelaku usaha ketika investor mulai masuk saat ekonomi mulai pulih.
Insentif, kata dia, diberikan khususnya kepada pelaku usaha yang memiliki proyek hijau atau pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan.
“Di sini peran intervensi pemerintah contohnya BBM fosil tidak bisa lagi disubsidi. Jika itu terus disubsidi, orang akan terus konsumsi BBM fosil. Ketika harga minyak relatif rendah, saatnya melepas subsidi, uangnya bisa untuk kesehatan, bisa dialokasikan mendukung sektor renewable,” kata Chatib Basri.
Advertisement