Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Namun potensi penguatan masih sangat besar.
Mengutip Bloomberg, Kamis (12/11/2020), rupiah dibuka di angka 14.080 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun menjelang siang, rupiah melemah ke 14.170 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.080 per dolar AS hingga 14.170 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 2,19 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.187 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.076 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis masih berpotensi menguat didukung sentimen kemajuan pengembangan vaksin untuk Covid-19.
"Aset berisiko kelihatannya masih menarik untuk para pelaku pasar hari ini dengan sentimen positif dari kemajuan pengembangan vaksin Covid-19," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara.
Menurut Ariston, vaksin adalah faktor kunci yang bisa mengeluarkan negara-negara dari pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi kembali.
"Rupiah masih berpeluang menguat kembali ke area 14.000 hari ini dengan masih adanya sentimen positif tersebut, meskipun rupiah sedikit melemah kemarin karena konsolidasi," kata dia.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi bergerak di kisaran 14.000 per dolar AS hingga 14.150 per dolar AS.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Rupiah Diprediksi Tembus 13.500 per Dolar AS pada Pekan Ketiga November 2020
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump.Â
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi, nilai tukar rupiah akan terus menguat hingga menembus level 13.500 per dolar AS pada pekan ketiga November 2020. Tak hanya rupiah, ia juga memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) juga akan terus menghijau sampai level 5.600.
Menurutnya, penguatan rupiah dan IHSG tak lepas dari terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat. Setelah mengalahkan petahana Presiden Donald Trump pada Pilpres AS 2020.
"Joe Biden menang Pemilu AS membuat harapan masyarakat menjadi kenyataan. Karena ada semangat baru untuk melahirkan sejumlah kebijakan yang lebih baik bagi perekonomian dunia dan pasar keuangan," kata dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (9/10/2020).
Ibrahim mengungkapkan, di bawah kepemimpinan presiden asal partai Demokrat itu diyakini AS akan meningkatkan realisasi Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung ke sejumlah negara berkembang. Termasuk Indonesia.
"Peluang ini lah yang direspons positif oleh pasar, sehingga akan banyak dana asing ke Indonesia. Masuknya dana asing ke Indonesia akan menguatkan nilai tukar rupiah juga IHSG," paparnya.
Pun, adanya wacana Biden untuk menghentikan kebijakan perang dagang antara AS dengan Cina dan Uni Eropa juga akan menjadi harapan tersendiri bagi pelaku pasar. Sebab, ketegangan yang ditimbulkan dalam perang dagang dinilai telah menghambat pertumbuhan ekonomi global.
"Jadi, seperti yang tadi saya perkirakan bahwa rupiah akan berpotensi untuk menguat hingga 13.500 pada pekan ketiga bulan ini. Sementara IHSG berpeluang di level 5.600 juga nantinya pada periode yang sama," tukasnya.
Advertisement