Sukses

Lonjakan Kasus Covid-19 AS Bawa Harga Minyak Turun

Harga minyak turun pada Kamis, terbebani oleh lonjakan kasus virus corona yang menghambat ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada Kamis, terbebani oleh lonjakan kasus virus corona yang menghambat ekonomi global. Hal ini bersamaan dengan kenaikan tak terduga dalam stok minyak mentah AS.

Harga minyak berjangka mengikuti ekuitas AS, yang juga jatuh karena kekhawatiran pandemi. Eropa bergulat dengan peningkatan tajam dalam infeksi dan pembatasan sosial baru.

Di Amerika Serikat, kasus baru telah melampaui 100 ribu per hari selama beberapa hari, dan lebih dari selusin negara bagian telah melipatgandakan beban kasus mereka dalam dua minggu terakhir.

Dikutip dari CNBC, Jumat (13/11/2020), harga minyak mentah Brent turun 27 sen menjadi menetap di USD 43,53 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 33 sen menjadi menetap di USD 41,12 per barel.

"Ketika saham menyerah, minyak mengikuti," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. Ini pasar yang sangat gugup.

Data pemerintah AS menambah bearish, karena persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan perkiraan penurunan.

Kedua kontrak menguat minggu ini setelah data menunjukkan vaksin virus corona eksperimental yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech 90 persen efektif. Ini meningkatkan harapan bahwa pandemi akan dikendalikan.

Meski dengan perkembangan itu, permintaan minyak tetap goyah. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak global tidak mungkin meningkat secara signifikan hingga tahun 2021 jika vaksin berhasil.

“Sementara vaksin tetap menjadi berita terbaik yang diterima sejak virus menyebar, kehidupan tidak akan kembali normal dalam hitungan hari atau minggu,” kata Hussein Sayed, kepala strategi pasar di FXTM.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Prediksi OPEC

Demikian pula, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan perkiraan permintaan pada Rabu, mengatakan konsumsi akan pulih lebih lambat pada 2021 daripada yang diperkirakan sebelumnya karena virus.

Menteri energi Aljazair mengatakan OPEC +, yang mengelompokkan OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, dapat memperpanjang pengurangan produksi 7,7 juta barel per hari (bph) hingga 2021, atau memperdalamnya lebih jauh jika diperlukan.

OPEC + diperkirakan akan menunda kenaikan pasokan yang dijadwalkan pada Januari karena prospek melemahnya. Itu sedang mempertimbangkan pengurangan pemotongan pasokan menjadi 5,7 juta barel per hari.

“Kami merasa OPEC tidak punya pilihan selain menunda peningkatan produksi; kemungkinan besar dalam tiga bulan," tulis analis di ANZ Research.