Sukses

Indonesia Tertinggal Jauh Dibanding Vietnam dan Thailand soal Energi Bersih

Presiden Joko Widodo belum optimal dalam mewujudkan cita-cita pembangunan ekonomi yang berbaur dengan energi bersih atau ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya menilai, pemerintah di bawah kendali Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejauh ini belum optimal dalam mewujudkan cita-cita pembangunan ekonomi yang berbaur dengan energi bersih atau ramah lingkungan.

Menurut dia, Indonesia saat ini masih banyak mengandalkan produksi batu bara yang jadi sumber utama emisi gas rumah kaca atau emisi karbon.

"Proporsi batu bara Indonesia itu paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Padahal yang lain bisa berubah, bisa mengurangi dengan cukup cepat," kata Berly, Jumat (13/11/2020).

Di sisi lain, ia mengungkapkan, Indonesia juga masih jauh tertinggal dalam menciptakan sumber listrik dari sumber energi bersih, seperti pembangkit listrik tenaga Surya (PLTS) ataupun pembangkit listrik tenaga Bayu (PLTB).

Terlebih jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand, yang menjadi juara di kawasan ASEAN dalam melakukan transformasi bauran energi, termasuk pembangunan PLTS dan PLTB.

Vietnam dalam hal ini menjadi yang terdepan, dimana negara tersebut dalam satu tahun mampu meningkatkan kapasitas sumber energi hingga 20 kali lipat. Sementara Thailand dalam 2 tahun terakhir bisa terdongkrak 4 kali lipat, dari 500 megawatt (MW) menjadi 2 gigabyte (GB)

"Kita bisa belajar lah, jangan malu buat belajar. Jadi kita enggak usah se-Vietnam, se-Thailand aja udah lumayan," imbuh Berly.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Dorong Pengunaan Kompor Induksi untuk Pemanfaatan Energi Bersih

Sebelumnya, pemerintah terus mendorong penggunaan kompor induksi listrik sebagai salah satu upaya dalam penggunaan energi bersih. Konversi satu juta kompor Liquefied Petroleum Gas (LPG) ke kompor induksi berpotensi mengurangi subsidi gas sebesar Rp4,8 triliun dalam waktu lima tahun.

Demikian disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial saat menyampaikan sambutan Menteri ESDM secara virtual dalam Konversi 1 Juta Kompor Induksi, Selasa (27/10/2020). Acara ini masuk dalam rangkaian PLN Go Green dan dalam rangka memperingati Hari Listrik Nasional ke-75. 

"Jika seluruh pelanggan 1.300 VA ke atas dari golongan rumah tangga dengan total sekitar 16,98 juta pelanggan memakai kompor induksi, maka pengurangan subsidi gas sekitar Rp81,7 triliun dalam lima tahun," ujar Ego. Ia menyebut sasaran program konversi ke kompor induksi ini adalah 71,7 pelanggan PT PLN (Persero) golongan rumah tangga. 

Ego menyampaikan saat ini kebutuhan LPG terus meningkat dan sebagian besar LPG yang ada di Indonesia berasal dari impor. Tercatat pada tahun 2019 impor LPG mencapai 5,71 juta Metrik Ton dengan nilai sebesar USD2.590 juta sementara sisanya 2,06 juta Metrik Ton berasal domestik. 

"Pemerintah juga memberikan subsidi untuk LPG 3 kg yang tentunya membebani keuangan negara. Pada tahun 2019 alokasi APBN untuk subsidi LPG sekitar Rp70 triliun dan terealisasi sekitar Rp40 triliun, sedangkan alokasi APBN untuk subsidi LPG tahun 2020 sekitar Rp50 triliun," ungkap Ego.

Selama dua tahun terakhir, penjualan LPG didominasi oleh ukuran tabung 3 kg dan 12 kg yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari. 

Karena ketergantungan impor terhadap gas dan subsidi LPG yang cukup besar serta teknologi kompor induksi yang sudah matang, Ego mengatakan saat ini perlu mulai dilakukan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia agar lebih hemat energi. 

"Selain kompor gas yang menggunakan LPG, terdapat jenis kompor lain yaitu kompor halogen, kompor listrik konvensional, dan kompor induksi. Efisiensi kompor induksi lebih tinggi dibanding kompor listrik konvensional, hal ini karena kompor induksi memanaskan peralatan masak secara langsung berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik sehingga suhu yang diinginkan dapat dicapai dengan cepat," ujar Ego. 

Senada dengan Ego, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menyatakan konversi ke satu juta kompor induksi akan mampu mengurangi impor LPG dan dapat meningkatkan penggunaan listrik PLN. 

"Gerakan ini adalah salah satu dukungan PLN kepada pemerintah dalam hal upaya peningkatan ketahanan dan kemandirian energi nasional," kata Zulkifli. 

Selain itu, ia juga menyampaikan gerakan ini dilakukan untuk menghilangkan keragu-raguan masyarakat mengenai kompor induksi. Zulkifli berkata PLN telah membuat dua kampung listrik percontohan yang bersih dan ramah lingkungan karena menggunakan kompor induksi. 

"Menggunakan kompor induksi berkontribusi dalam penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, dengan proses masak yang aman, nyaman, bersih, dan efisien," jelas Zulkifli.