Sukses

Kabar Baik, Sertifikasi Protokol Kesehatan CHSE di Sektor Pariwisata Gratis

Program Sertifikasi protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) bebas biaya alias gratis.

Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Pemasaran Pariwisata Regional I Area III Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bulqis Chairina mengatakan, Program Sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) bebas biaya alias gratis. Sebab, seluruh biaya atas sertifikasi protokol kesehatan anyar itu ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.

"Kebetulan untuk kegiatan CHSE untuk industri dan pelaku industri (pariwisata) itu digratiskan tidak ada biaya sama sekali. Pemerintah melaksanakan itu. Jadi, tidak ada sama sekali biaya," tutur Bulqis dalam acara "Perjalanan Wisata Pengenalan Kerjasama Dengan PT AirAsia Indonesia," di Bali, Minggu (15/11).

Bulqis mengatakan, saat ini diperlukan upaya nyata dari pelaku industri terkait pariwisata untuk mewujudkan pariwisata dalam negeri yang aman dari paparan virus Covid-19. Salah satunya dengan mengantongi sertifikat CHSE

Sehingga mobilitas warga untuk pelesiran diyakini akan kembali meningkat. Mengingat tujuan utama CHSE untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap keamanan pariwisata dalam negeri di masa kedaruratan kesehatan ini.

"Karena memang kita juga berusaha untuk sama-sama membantulah. Gimana (pariwisata) ini bisa kembali bangkit.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong seluruh pelaku industri di yang terkait dengan pariwisata untuk memanfaatkan program sertifikasi CHSE. Menyusul program tersebut jadi salah satu strategi pemerintah menghadapi masa adaptasi kebiasaan baru.

"Kita harus menyadari, bahwa pandemi ini harus kita terima. Maka kita tetep menjaga protokol kesehatan itu saja (CHSE)," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Pura Lempuyang Ketatkan Protokol Kesehatan demi Bangkitkan Pariwisata Bali

Berbagai kegiatan pariwisata di Pulau Bali terhempas pandemi COVID-19. Salah satunya wisata religi yang selama ini menyumbang pemasukan utama pendapatan daerah.

Guna bangkit, Pura Lempuyang yang berlokasi di Desa Purwaayu, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem kini mulai bersolek. Yakni dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat di area wisata.

Pemandu wisata setempat, I Wayan Susapta (50) mengatakan, di era kebiasaan baru ini penerapan protokol kesehatan menjadi aspek penting di Pura Lempuyang. Mengingat pura ini amat disakralkan oleh umat Hindu Bali dan juga menjadi destinasi favorit untuk wisata religi.

"Pada dasarnya berbagai objek wisata telah sadar untuk menerapkan protokol kesehatan ini lebih ketat. Di Pura Lempuyang juga ada aturan harus mentaati protokol kesehatan agar semua aman dan pariwisata pulih. Karena ini pura (Lempuyang) sangat suci bagi masyarakat di sini dan sudah populer juga untuk wisata religi," tutur pria yang akrab disapa Wayan kepada Merdeka.com di Bali, Sabtu (14/11).

Dijelaskan Wayan, setiap warga umat Hindu yang akan beribadah maupun wisatawan diharuskan untuk mengenakan masker. "Ini untuk protokol kesehatan dan juga mengurangi risiko penularan (Covid-19)," paparnya.

Lalu, mereka diwajibkan untuk mengikuti proses pengecekan suhu tubuh. Hal ini bertujuan agar memastikan pengunjung dalam kondisi prima karena tidak demam.

Kemudian, pengunjung diwajibkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Sebagaimana yang telah disediakan pengelola di depan gerbang pintu masuk Pura Lempuyang.

3 dari 3 halaman

Protokol Lain

Terakhir, aturan menjaga jarak juga diberlakukan baim untuk kegiatan ibadah maupun wisata. "Di sini ada petugas juga yang akan mengingatkan untuk tidak berdesak-desakan.

Wayan menambahkan, inisiatif untuk menerapkan protokol kesehatan di Pura Lempuyang merupakan asa untuk kembali menggeliatkan wisata religi di pulau Dewata. "Adanya, protokol kesehatan ini bisa membuat wisatawan lebih percaya bahwa Bali aman. Asalkan kita mau disiplin saja," terangnya.

Maka dari itu, Wayan berharap kunjungan wisatawan ke pulau Bali diharapkan segera meningkat dalam waktu dekat. Sehingga dapat mempercepat proses pemulihan pariwisata pulau Dewata.

"Karena wisata Bali Drop itu hampir 9 bulan, dari Maret 2020 semua tutup. Kan pariwisata itu motor penggerak ekonomi Bali, semuanya bergantung ke wisatawan lokal ataupun asing untuk ekonomi jalan itu," tutupnya.