Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham di Asia melambung pada awal perdagangan Senin usai 15 negara di kawasan itu menandatangani kesepakatan yang membentuk aliansi perdagangan terbesar di dunia yaitu RCEP. Australia, sementara itu, menghentikan perdagangan segera setelah pasar dibuka.
Kesepakatan perdagangan, yang ditandatangani pada Minggu kemarin, bertujuan untuk secara bertahap mengurangi tarif di banyak bidang, menurut Reuters.
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional kini menjadi blok perdagangan terbesar di dunia, kesepakatan yang mengecualikan AS. Ini menandai pertama kalinya kekuatan Asia Timur, China, Jepang, dan Korea Selatan berada dalam satu perjanjian perdagangan.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Senin (16/11/2020), di Jepang, Nikkei 225 naik 1,19 persen, sedangkan Topix naik 1 persen. Saham perusahaan otomotif mendapat keuntungan besar, dengan Nissan melonjak 3,44 persen, Mazda melonjak lebih dari 4 persen, dan Mitsubishi naik 3 persen.
Ekonomi Jepang rebound tajam, tumbuh 21,4 persen tahunan pada kuartal ketiga. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 5 persen, lebih baik dari perkiraan 4,4 persen, menurut Reuters. Ini pertanda bahwa negara tersebut pulih dari kerusakan yang disebabkan oleh pandemi.
Di Korea Selatan, Kospi naik 0,81 persen. Di Australia, Bursa Sekuritas Australia menghentikan perdagangan saham tak lama setelah pembukaan, dengan alasan 'masalah data pasar'. Bursa tersebut mengatakan sedang 'bekerja untuk memperbaiki masalah ini secepat mungkin.'
S&P/ASX 200 telah memperoleh keuntungan di awal perdagangan, terakhir melonjak 1,23 persen. Pasar saham India tutup karena hari libur nasional. Di China, satu set data ekonomi akan dirilis, termasuk produksi industri dan penjualan ritel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Minyak
Setelah turun lebih dari 2 persen pada perdagangan Jumat, harga minyak naik tipis pada pagi hari jam perdagangan Asia.
Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 0,58 persen menjadi USD 43,03 per barel. Harga minyak mentah berjangka AS naik 0,87 persen menjadi USD 40,48 per barel.
Advertisement