Liputan6.com, Jakarta Pengusaha kuliner menjadi salah satu yang sangat terdampak Pandemi virus Covid-19. Kondisi ini pun memberikan tantangan bisnis tersendiri bagi pengusaha.
Salah satunya, pemilik Baba Rafi Enterprise yang bergerak di bidang food and beverage. Bahkan, CEO Baba Rafi Enterprise, Hendy mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga 40 persen dari penjualan offline.
"Karena beberapa store menutup operasi akibat mal tutup, kemudian dine in juga tidak diperbolehkan, dan Kontainer kebab itu tidak boleh beroperasi selama 24 jam hanya maksimal sampai jam 21.00 WIB malam. Sehingga pendapatan kita dari offline itu turun 40 persen," kata dia dalam webinar BNPB bertema Geliat Pengusaha Lokal Untuk Menembus Pasar Global Dalam Transisi Era Pandemi, Selasa (17/11).
Advertisement
Alhasil, perusahaan memutuskan segera untuk melakukan inovasi bisnis ke arah digital agar bisnis tak merugi.
Menyusul lahirnya berbagai kebijakan pembatasan aktivitas orang yang di sisi lain justru merugikan pelaku bisnis secara konvensional.
"Ini online oportunity baru. Temen-temen usaha kuliner rumahan juga kini dalam bentuk virtual. Konsumen juga berubah kini lebih memilih untuk hidangan yang sudah siap melalui sosial media," paparnya.
Â
Mampu Tutup Kerugian
Bahkan, kini perusahaan mengklaim mampu menutup biaya kerugian setelah melakukan proses tranformasi bisnis ke arah digitalisasi. Sehingga terlepas dari ancaman guling tikar.
"Di balik krisis ini ada peluang dari offline ke online, ada penjualan meningkat 6 kali lipat secara online. Ini mampu menutup biaya kerugian dari penjualan offline sebelumnya. Dan bisa menjaga kelangsungan usaha," tutupnya.
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement