Sukses

Penyaluran Kredit Diprediksi Mulai Bangkit di 2021

Terdapat ruang untuk peningkatan penyalurkan kredit pada 2021 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, optimis masih terdapat ruang untuk peningkatan penyalurkan kredit pada 2021 mendatang. Bahkan, diprediksi pertumbuhan kredit dapat mencapai double digit pada tahun depan.

"Ruang penyaluran kredit akan akan bertahan dan puncaknya pada sepanjang 2021 berpotensi tumbuh double digit. Tidak seperti sekarang (2020) yang tumbuh hanya di bawah 10 persen atau bahkan 5 persen," paparnya dalam dalam webinar bertajuk "CORE ECONOMIC OUTLOOK 2021," Rabu (18/11/2020).

Piter mengatakan, proyeksi lonjakan pertumbuhan penyaluran kredit itu dipicu oleh mulai membaiknya ekonomi global. Setelah sejumlah produsen mengumumkan temuan vaksin anti Corona.

Hal ini tergambar pada kuartal III tahun ini, dimana sejumlah negara mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan ekonomi kendati masih terkontraksi. Menyusul mulai pulih sektor permintaan (demand) baik di luar negeri maupun dalam negeri.

"Pulihnya ekonomi global membuka peluang itu (kredit tumbuh). Karena demand mulai berangsur pulih baik dari luar maupun dalam negeri," jelas dia.

Pun, kondisi perbankan dalam negeri dinilai masih cukup sehat di tengah pandemi ini. Sebagaimana tercermin dari likuiditas perbankan yang dinilai masih ample dan terjaga cukup stabil selama pandemi berlangsung.

"Sehingga bank juga masih punya kemampuan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya. Itu modal yang penting," tutupnya.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ekonom Soroti Permintaan Kredit Masih Lemah

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual menyebutkan pertumbuhan kredit perbankan masih belum pulih betul.

“Sejauh ini memang pertumbuhan kredit masih belum begitu baik,” kata dia dalam webinar INDEF - Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Rabu (18/11/2020).

Melansir dari data resmi OJK, David menyebutkan pertumbuhan kredit masih sekitar 1 persen. Namun untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pertumbuhannya cukup tinggi, sekitar 11 persen.

“Untuk DPK itu ya karena kebanyakan yang menengah ke atas ataupun korporasi ini mereka kelebihan cash. Karena ekspansi juga berkurang ya dan mereka belum spend,” kata dia.

Merujuk pada big data, sektor UMKM terlihat mulai menunjukkan geliatnya melalui transaksi yang cukup meningkat

“Untuk restrukturisasi memang berbeda-beda di buku 4 itu range-nya antara sekitar 15-22 persen data sampai bulan September. Rata-rata itu sekitar 16-17 persen untuk restrukturisasi,” kata dia.

Kredit-kredit tersebut, kata David, sebagian besar jika dilihat dari persentasenya banyak kredit komersil yang cukup besar.“Jadi saya pikir memang permintaan kredit memang masih lemah,” sambung dia.

David menyebutkan, yang dibutuhkan pelaku bisnis saat ini adalah inovasi. Sebab, ia melihat adanya perubahan behaviour, baik dari korporasi dan nasabah ke depannya. Untuk selanjutnya, David menyebutkan salah satu skenario untuk menyokong pertumbuhan kredit yakni adanya vaksinasi covid-19.

"Kalau (vaksinasi) bisa di semester I, akan mempercepat pemulihan di tahun depan. Kalau tertunda hingga semester II, lalu kasus Covid-19 tinggi, lalu PSBB on dan off, pemulihan akan terkendala," jelas dia.