Sukses

Instrumen Investasi Pilihan Analis Valbury di Tengah Pandemi Covid-19

Masyarakat sebaiknya tidak berharap lebih akan keuntungan berinvestasi di logam mulia.

Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi Covid-19 membuat setiap orang harus menyusun kembali portofolio aset investasi dan likuiditas mereka. Mengingat di tengah situasi penuh ketidakpastian ini seseorang bisa sewaktu-waktu membutuhkan dana darurat.

"Saya kira, analisa kita dan para pemain analisis besar lainya juga sepakat untuk menyarankan lebih berhati-hati dalam berinvestasi di tengah pandemi Covid-19. Seperti investasi pilih yang mudah dicarikan ke dalam bentuk tunai itu. Karena bagaimana pun kita perlu yang mudah dicarikan untuk dana darurat saat pandemi ini," ujar Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong, Senin (23/11/2020).

Lukman mencontohkan, investasi di logam mulia bisa menjadi pilihan aman bagi para investor di tengah pandemi Covid-19. Mengingat emas termasuk jenis investasi yang mudah di konversi ke tunai.

"Aset emas saat ini memang menjadi pilihan aman. Karena memang kelebihannya mudah di cairkan sewaktu-waktu. Bagaimana pun juga cash is king dalam situasi krisis ini," paparnya.

Kendati demikian, masyarakat sebaiknya tidak berharap lebih akan keuntungan berinvestasi di logam mulia. Menyusul mulai terjadinya tren penurunan harga emas dalam beberapa waktu terakhir akibat kemajuan proses penemuan vaksin anti Corona.

"Tapi harga emas kan terus turun juga, maka kita jangan berharap lebih untuk keuntungan. Bagaimana pun juga kian dekatnya kehadiran vaksin anti Corona membuat emas tidak lagi jadi instrumen investasiburuan investor," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Obligasi

Selanjutnya, instrumen obligasi negara juga bisa menjadi alternatif menarik bagi para investor maupun milenial. Mengingat instrumen investasi itu dianggap bersifat aman dan relatif likuid.

"Obligasi negara ini masih menarik juga untuk ditempatkan (investasi). Karena tadi aman dan likuid juga," paparnya.

Pun, menurut Lukman, secara valuasi dan return, obligasi akan lebih terukur. Prediksinya, untuk SBN tenor 10 tahun memiliki potensi yield 7 persen tahun ini dan tahun depan menjadi 6 lantaran suku bunga yang masih dalam tren turun.

"Jadi, obligasi negara akan tetap juga menajdi bagian investasi yang direkomendasikan," tukasnya.