Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejumlah alasan mengapa program kartu prakerja diminati oleh masyarakat. Pasalnya, sampai dengan gelombang 11 katu prakerja yang dibuka pada tahun ini, tercatat ada 43 juta pendaftar dari seluruh Indonesia,
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto menjabarkan, alasan paling banyak yang melatarbelakangi ketertarikan pendaftar kartu prakerja adalah untuk meningkatkan keterampilan kerja (Skill) yakni 48 persen. sisanya, 28 persen mangaku mengikuti program ini karena tergiur insentifnya.
“Di tengah pandemi, hampir semua masyarakat mengalami pengurangan income. Alasan (kedua) ini sah-sah aja,” ujar dia seperti dikutip, Selasa (24/11/2020).
Advertisement
Selain itu, melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2020 ini, BPS mencatat 88,9 persen penerima Kartu Prakerja yang menyelesaikan pelatihan mengatakan program ini meningkatkan keterampilan kerja mereka.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni P. Purbasari menegaskan komitmennya untuk menjaga kualitas pelatihan dalam ekosistem Kartu Prakerja. Serta memastikan penerima kartu prakerja dapat memperoleh manfaat semaksimal mungkin dari program ini.
Seperti diketahui, PMO Kartu Prakerja telah melakukan 3 survei evaluasi. Survei evaluasi pertama diikuti oleh 2,4 juta peserta dan survei kedua dengan 293 ribu peserta. Sementara, survei ketiga masih berlangsung saat ini.
Hasil survei mencatat bahwa 81 persen Peserta belum pernah mendapatkan pelatihan atau kursus sebelumnya. Lebih dari 84 persen menyatakan bahwa pelatihan Prakerja meningkatkan kompetensi, baik skilling, reskilling maupun upskilling. Selain itu, 92 persen menyatakan akan melampirkan Sertifikat Pelatihan Prakerja pada saat melamar pekerjaan.
“Jadi hasil survey ini sejalan dengan temuan BPS bahwa pelatihan Prakerja meningkatkan keterampilan kerja Peserta,” pungkas Denni.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jumlah Peserta
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mencatat, penerima Program Kartu Pra Kerja hingga saat ini telah mencapai 5,9 juta orang. "Hingga saat ini sampai gelombang 11, sudah ada 5,9 juta penerima program Kartu Prakerja," kata dia.
Adapun 5,4 juta dari total penerima telah melakukan pelatihan. Sementara 5,1 juta penerima yang telah menyelesaikan pelatihan. Artinya, masih ada sekitar 300 ribu penerima manfaat yang belum menyelesaikan pelatihan kartu prakerja yang akan ditutup hingga 15 Desember 2020.
Untuk itu, Susiwijono mengimbau para peserta Kartu Prakerja untuk segera menyelesaikan pelatihan pertama supaya mendapatkan insentif yang sudah dijanjikan pemerintah.
“Penerima yang belum selesaikan pelatihan pertama, segera selesaikan pelatihan. Karena kalau belum selesai sebelum 15 Desember, insentif sebesar Rp 2,4 juta tidak dapat diterima,” kata dia.
Rinciannya, bantuan pelatihan sebesar Rp 1.000.000, insentif penuntasan pelatihan sebesar Rp 600.000 per bulan selama empat bulan, dan insentif survei kebekerjaan sebesar Rp 150.000.
Susiwijono menambahkan, pemerintah akan terus melanjutkan Program Kartu Pra Kerja pada 2021 mendatang. Dengan catatan, penerima program pada 2020 tidak akan menjadi penerima pada 2021 demi pemerataan bagi seluruh angkatan kerja.
"Untuk itu saya menghimbau kepada para penerima Kartu Prakerja agar menggunakan saldo bantuan pelatihan semaksimal mungkin,” kata dia.
Advertisement
Diterapkan Secara Offline
Terkait pelaksanaan program kartu prakerja tahun depan, Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko berharap pelatihan bisa dilakukan secara offline.
Pelatihan offline dilakukan agar pembekalan skill yang diberikan kepada para peserta menjadi lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan tujuan awal dirancang program Kartu Prakerja, dimana peserta diberikan lebih banyak pelatihan ketimbang insentif.
"Saya kira nanti kalau pandemi selesai dan sudah kembali normal. Maka kami akan balik lagi pada tujuan awal, membekali seseorang agar lebih padat lagi," kata dia.
Kendati demikian, Moeldoko menegaskan bahwa hal tersebut bukan berarti program pelatihan Prakerja secara online tak efektif. Menurutnya, pelatihan online tetap memiliki kelebihan karena bisa menjangkau lebih banyak peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
"Dengan adanya pandemi ini, semuanya juga sedang menghadapi situasi yang sulit maka pembekalannya sedikit berkurang, tapi logistiknya menjadi lebih banyak," kata dia.
Moeldoko menilai, upskilling dan reskilling dalam program Kartu Prakerja sangat penting dilakukan secara langsung. Hal ini agar para peserta dapat lebih siap untuk masuk ke dunia kerja. Apalagi, jumlah yang bisa diserap pasar tenaga kerja saat ini sangat terbatas dan kemampuan yang dibutuhkan sangat spesifik.
"Sehingga nanti kalau ada kesempatan-kesempatan pekerjaan di luar, sesuai bidangnya yang diperlukan di market, maka dia bisa masuk dengan baik," tutur Moeldoko.