Sukses

Dirut BRI Sebut Vaksinasi Covid-19 Kunci Utama Pulihkan Ekonomi Nasional

Pemberian vaksin anti Covid-19 akan mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso menilai vaksinasi menjadi kunci utama untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19. Sebab, kebijakan moneter diyakini tidak mampu meredam krisis ekonomi akibat penyebaran virus mematikan asal China itu.

"Persoalan krisis ekonomi yang tahun ini kita hadapi adalah soal yang lain. Karena krisis ini disebabkan oleh pandemi atau penyakit. Maka diselesaikan secara moneter saja tidak cukup. Tapi menemukan vaksin dan bagaimana memvaksinasi seluruh masyarakat itu menjadi suatu PR tersendiri," tuturnya dalam webinar Economic Outlook 2021, Rabu (25/11).

Bos BRI menjelaskan, melalui pemberian vaksin anti Covid-19, maka akan mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional. Menyusul timbulnya perasaan aman masyarakat akan paparan virus mematikan asal China itu ketika melakukan berbagai aktivitas ekonomi.

"Sehingga kegiatan ekonomi akan pulih. Karena tadi, orang merasa aman dan nyaman melakukan interaksi kegiatan ekonomi," imbuh dia.

Untuk itu, dia berharap upaya pemerintah untuk mendatangkan vaksin penawar Covid-19 sebelum bulan Desember ini dapat terealisasi. Sehingga aspek keselamatan jiwa setiap orang saat melakukan kegiatan ekonomi lebih terjamin. "Itu yang paling penting," tutupnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan, masyarakat Indonesia akan segera melakukan vaksinasi Covid-19. Vaksin tersebut akan datang pada akhir bulan November atau awal Desember 2020.

"Saya tegaskan kembali pandemi belum berakhir tapi kita segera melangkah melalui vaksinasi insya Allah vaksinnya akan datang akhir November ini atau awal Desember 2020," katanya saat Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2021, di Istana Negara, Rabu (25/11).

Meski vaksinnya sudah tiba, kata Jokowi, tidak bisa langsung digunakan. Vaksin harus melewati langkah-langkah ilmiah dan sejumlah tahapan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Itu juga tidak bisa langsung disuntikkan masih menunggu langkah-langkah kaidah-kaidah scientific, data-data science yang diperlukan untuk mendapatkan emergency use authorization dari BPOM jadi meski vaksin datang kita harus tunggu tahapan di BPOM," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BRI Targetkan Kredit Tumbuh 5 Persen di 2021

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 4 persen sampai 5 persen pada 2021. Sesuai dengan fokus BRI, kredit tersebut akan difokuskan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan kredit di tahun depan di kisaran 3 persen. Oleh sebab itu, BRI harus menargetkan di atas angka tersebut. 

"Kalo Bu Avi (Ekonom Indef Aviliani) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan 3 sampai 3,5 persen. Artinya BRI harus tumbuh 4 sampai 5 persen, karena harus di atas rata-rata industri. Jadi, kredit BRI harus tumbuh 4 sampai 5 persen," ujar dia dalam webinar Economic Outlook 2021, Rabu (25/11/2020).

Sunarso menjelaskan, untuk mencapai target itu, perseroan akan memfokuskan penyaluran kredit pada pelaku di segmen usaha mikro hingga kecil. Mengingat segmen usaha kelas ini dinilai lebih cepat dalam proses pemulihan.

"Karena level mikro, ultra mikro, sampai kecil ini lebih cepat pulih. Sehingga mampu timbul demand dibandingkan segmen usaha menengah dan koperasi yang lebih lama untuk bangkit," terangnya.

Adapun, sektor yang diprioritaskan untuk memperoleh pinjaman yakni pertanian dan kesehatan. Menyusul laporan BPS yang mencatatkan dua sektor tersebut mampu tumbuh positif kendati ekonomi Indonesia mengalami resesi akibat dampak pandemi Covid-19.

"Untuk sektornya dari Maret lalu, saya sudah katakan mau krisis atau enggak ya BRI fokus saja pertanian atau apa yang terkait kesehatan dan alat kesehatan. Karena ketika ekonomi minus 5 persen pada kuartal II dan minus 3,49 persen pada kuartal III lalu tetap positif sesuai data BPS," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.comÂ