Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, sangat senang dengan beroperasinya beberapa ruas Tol Trans Sumatera. Jalan bebas hambatan ini sangat mendorong penurunan biaya logistik.
"Kami dari asosiasi pengusaha angkutan barang menyambut baik beroperasinya Tol Trans Sumatera karena ini sudah dinantikan sekian lama. Ini karena salah satu efek positif ialah turunnya biaya logistik," tuturnya dalam webinar Jalan Tol Trans Sumatera Membawa Peradaban dan Perilaku Baru, Rabu (25/11/2020).
Baca Juga
Dia mengatakan, turunnya biaya logistik tak lepas dari terpangkasnya jarak tempuh jika melewati Tol Trans Sumatera. Seperti di sektor Tol Pekanbaru-Dumai yang sekarang bisa dilalui truk bermuatan dengan jarak tempuh hanya 5 jam.
Advertisement
"Padahal, seksi Tol Pekanbaru - Dumai itu untuk trayek truk itu 12 jam. Tapi setelah ada tol cuma 5 jam untuk truk berisi, kalau truk kosong bisa 3 jam. Jadi, ini singkat," jelasnya.
Selain itu, turunnya ongkos logistik juga diakibatkan oleh terpangkasnya biaya perawatan bagi truk. Mengingat medan tol Trans Sumatera yang lebih mulus dibandingkan melewati jalur arteri.
"Kini kita terhindar dari jalan curam, naik-turun, dan lewat tikungan tajam, itu risiko biaya perawatan besar. Sehingga kini bisa menikmati jalan darat yang mulus dan kecepatan lebih tinggi," tutupnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Volume Lalu Lintas Rendah, Tol Trans Sumatera Rawan kejahatan
Sebelumnya, Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero), Budi Harto, optimistis pembangunan dan pengoperasian Jalan Tol Trans Sumatera akan menghasilkan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Namun di masa awal pengoperasiannya, terdapat banyak tantangan yang harus diselesaikan.
Salah satunya terkait potensi tindak kriminal di sekitar. Budi Harto menyampaikan, volume lalu lintas kendaraan di berbagai ruas Tol Trans Sumatera saat ini masih tercatat rendah, sehingga berpotensi mengundang kejahatan.
Tapi, ia menegaskan, Hutama Karya telah mengantisipasi hal tersebut dengan mempersiapkan sejumlah tim patroli yang siaga mengawal aktivitas di Tol Trans Sumatera secara non-stop.
"Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan. Oleh karena itu kami menyediakan patroli tiap saat, sehingga para pengguna tol ini akan aman dari gangguan keamanan di sekitar tol," ujar Budi Harto dalam sesi webinar, Rabu (25/11/2020).
Tantangan berikutnya, ia melanjutkan, sejumlah pengendara juga belum bisa melakukan penyesuaian terhadap kehadiran jalan tol baru ini. Khususnya para pengemudi truk angkutan berat atau Over Dimension Over Load (ODOL) yang kerap menerobos masuk jalan bebas hambatan ini.
"Adanya truk-truk yang besar, istilahnya adalah ODOL, over dimension over load, ini merusak jalan tol dan juga mengancam keselamatan pengguna tol. Karena keberadaanya ini tidak standar dengan desain jalan tol ini," ungkap dia.
Kendati begitu, tantangan tersebut tidak menyurutkan niat Hutama Karya menyelesaikan Jalan Tol Trans Sumatera dari Lampung hingga Aceh. Budi Harto pun berkomitmen untuk menyelesaikan sejumlah ruas tambahan sepanjang 614 km, sebelum seluruh jalan tol ini bisa tersambung lengkap pada 2024.
"Saat ini kami sedang mengerjakan ruas jalan tol sepanjang 614 km yang akan kami selesaikan pada tahun 2022. Saya kira akan dimulai juga ruas-ruas yang lain," pungkas dia.
Advertisement