Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik ke level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada perdagangan Rabu. Hal tersebut setelah data menunjukkan penurunan mengejutkan untuk persediaan minyak mentah AS pekan lalu. Ini juga memperpanjang reli yang didorong oleh harapan bahwa vaksin Covid-19 akan meningkatkan permintaan bahan bakar.
Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent naik 47 sen atau 1 persen menjadi USD 48,33 per barel setelah harga minyak naik hampir 4 persen di sesi sebelumnya.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 80 sen atau 1,8 persen menjadi USD 45,71 per barel, setelah naik lebih dari 4 persen pada hari Selasa.
Advertisement
Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh persediaan minyak mentah AS yang turun 754.000 barel pekan lalu, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS. Penurunan ini dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan minyak 127.000 barel. Persediaan minyak di Cushing, Oklahoma yang menjadi titik pengiriman untuk WTI, turun 1,7 juta barel.
“Ada penurunan (stok minyak) yang lumayan di Cushing, jadi itu mendukung. Itu mungkin aspek yang paling bullish dari laporan ini," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC di New York.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi karena kekhawatiran atas permintaan bahan bakar minyak (BBM). Permintaan bensin mingguan AS pekan lalu turun sekitar 128.000 barel per hari (bpd) menjadi 8,13 juta bpd, terendah sejak Juni 2020.
Sementara itu, AstraZeneca mengatakan pada hari Senin bahwa vaksin COVID-19-nya bisa efektif hingga 90 persen, memberikan senjata lain dalam perang untuk mengendalikan pandemi.
"Harga minyak mentah diperdagangkan pada level tertinggi sejak awal Maret, didukung oleh sentimen pasar yang positif sebagai akibat dari berita vaksin dan permintaan minyak yang kuat di Asia," kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo.
"Kami mempertahankan prospek bullish kami untuk tahun depan dan menargetkan harga minyak Brent untuk mencapai USD 60 per barel pada akhir 2021," tambahnya.
Nilai tukar Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak mentah karena dolar yang lebih rendah membuat harga minyak lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Depresiasi dolar AS baru-baru ini telah membantu meredam dampak lonjakan harga minyak bagi beberapa konsumen energi terbesar dunia," kata Stephen Brennock dari pialang PVM.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Minyak Catat Level Tertinggi sejak Maret 2020
Harga minyak naik lebih dari 4 persen ke level tertinggi sejak Maret karena vaksin virus corona ketiga yang menjanjikan. Ini meningkatkan harapan untuk pemulihan permintaan bahan bakar dan Presiden terpilih AS Joe Biden memulai transisinya ke Gedung Putih.
Dikutip dari CNBC, Rabu (25/11/2020), harga minyak mentah Brent naik 3,91 persen menjadi USD 47,86 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup 4,3 persen lebih tinggi pada USD 44,91 per barel, level tertinggi sejak 6 Maret.
Kedua benchmark mencapai level tertinggi sejak 6 Maret.
AstraZeneca pada hari Senin mengatakan bahwa vaksin COVID-19-nya 70 persen efektif dalam uji coba dan bisa efektif hingga 90 persen, memberikan vaksin potensial lain untuk memerangi pandemi setelah hasil positif dari Pfizer-BioNTech dan Moderna.
“Kemungkinan memiliki vaksin tahun depan meningkatkan kemungkinan bahwa kami akan melihat permintaan kembali di tahun baru,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Pandemi virus corona, ditambah dengan jatuhnya pakta produksi yang dipimpin OPEC, membuat harga jatuh pada bulan Maret.
Setelah runtuhnya pakta produksi yang menyebabkan perang harga Arab Saudi-Rusia, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya menyetujui kesepakatan baru tentang rekor pemotongan produksi untuk mendukung harga.
Kelompok yang dikenal sebagai OPEC + diperkirakan akan membatalkan pemotongan tersebut menjadi 2021 setelah pertemuan 30 November hingga 1 Desember, menyusul pembicaraan teknis minggu ini.
Advertisement