Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF melaporkan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk masyarakat menengah bawah mengalami kenaikan meski di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan, secara market outlook hingga akhir tahun permintaan KPR sebenarnya condong mengalami penurunan. Namun tidak demikian pada menengah ke bawah.
Baca Juga
"Tapi kalau kita lihat untuk yang middle (income) ke bawah, khususnya untuk yang KPR Program, contohnya yang juga di-handle bersama SMF yang FLPP itu kan fully subscribed. Maksudnya sesuai dengan target lah, 102 ribu unit yang udah," tuturnya dalam sesi teleconference, Kamis (26/11/2020).
Advertisement
Ananta menyatakan, prospek tersebut turut diperkuat oleh alokasi pemerintah dalam menyiapkan anggaran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 2021 yang sebesar Rp 19,1 triliun pada 157.500 rumah.
"Jadi justru yang KPR-KPR pemerintah yang bersubsidi tetap demand-nya besar. Cuman yang middle ke atas itu yang agak berkurang," kata dia.
Secara proyeksi, pasar menengah bawah disebutnya memang memiliki potensi besar dalam penyaluran KPR. Permintaannya diprediksi tetap akan meningkat pasca masa pandemi corona berakhir.
"Kalau kita lihat, harusnya ke depannya properti itu yang middle ke bawah itu bagus karena kami juga akan membantu dari supply side juga, yaitu di kredit konsumsi untuk pengembang-pengembang bagi perumahan yang MBR," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wahai Perbankan, Sudah Saatnya Bunga KPR dan KPA Turun
Country Manager Rumah.com, Marine Novita, mengapresiasi adanya perhatian pemerintah terhadap sektor properti melalui penurunan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18-19 November 2020. Keputusan ini dinilai mampu merangsang kembali geliat sektor properti pada kuartal IV-2020.
"Dengan diturunkannya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 3,75 persen dan suku bunga lending facility menjadi 4,5 persen, kami berharap kalangan perbankan mampu merangsang minat masyarakat untuk membeli rumah lewat program KPR dengan suku bunga yang menarik mengikuti penurunan Suku Bunga Acuan BI," katanya di Jakarta, Jumat (20/11/2020).
Apalagi, sambung Marine, pada kuartal III 2020, RIPMI-S (Rumah.com Indonesia Property Market Index – Suplai) berada di angka 144,7. Angka ini meningkat secara tajam hingga 10 persen dari kuartal sebelumnya dan 25 persen secara tahunan, sehingga mulai terjadi pemulihan dalam dua kuartal terakhir.
"Peningkatan tertinggi terlihat pada kuartal ketiga tahun ini, sekaligus yang tertinggi selama tiga tahun terakhir. RIPMI-S berada pada angka 144,7, naik sebesar 8,3 persen secara kuartalan dan 24,9 persen secara tahunan," paparnya.
Meski demikian, pihaknya menilai saat ini posisi suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) masih jauh lebih tinggi dibandingkan suku bunga acuan BI.
Berdasarkan data hingga Agustus 2020, rata-rata suku bunga KPR dan KPA sejak Januari 2019 adalah 8,75 persen sementara rata-rata suku bunga BI7DRR berada di angka 5,15 persen.
Sehingga pergerakan suku bunga KPR dan KPA juga belum sedinamis BI7DRR. Mengingat suku bunga acuan BI tersebut sudah mengalami penurunan sebesar 33 persen pada Agustus 2020 dibandingkan awal tahun 2019, sementara suku bunga KPR dan KPA hanya turun sekitar 7 persen pada periode yang sama.
Untuk itu, pihaknya mendorong perbankan agar segera melakukan penyesuaian dengan menurunkan suku bunga KPR maupun KPA. Hal itu demi mempercepat proses pemulihan kinerja sektor properti pada kuartal IV tahun ini.
"Dengan diturunkannya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 3,75 persen dan suku bunga lending facility menjadi 4,5 persen, kami berharap kalangan perbankan mampu merangsang minat masyarakat untuk membeli rumah lewat program KPR dengan suku bunga yang menarik mengikuti penurunan Suku Bunga Acuan BI," tambahnya.
Advertisement