Liputan6.com, Jakarta - Industri pariwisata disebut mulai menunjukkan geliatnya baru-baru ini. Hal tersebut diungkapkan Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas yang berlangsung hari ini.
Wishnutama menyampaikan, dalam kunjungan kerjanya di Bali, ia mencatat occupancy rate di Benoa dan Nusa Dua mulai mengalami peningkatan dibandingkan beberapa waktu lalu.
Melihat situasi tersebut, pelaku usaha sektor pariwisata, khususnya di Bali, menginginkan adanya liburan akhir tahun. “Para pelaku pariwisata di sini sangat betul-betul berharap dengan liburan akhir tahun" ujar dia, Jumat (27/11/2020).
Advertisement
"Karena menurut beliau Bali dan beberapa destinasi, mereka juga berharap betul pariwisata itu bisa kebantu di akhir tahun ini sebenarnya. Karena booking-an nya juga sangat banyak. Ini juga butuh bantuan Pak Luhut agar ada kesempatanlah gitu untuk para pelaku pariwisata ini untuk bangkit Pak Luhut," sambung Wishnutama.
Wishnutama menjabarkan, tingkat occupancy rate dari booking sejumlah hotel di Benoa telah mencapai 80 persen untuk bulan Desember. Sementara di Nusa Dua sekitar 40 persen.
“Jadi sebetulnya sudah menggeliat pak per hari ini. Tapi ini akan bertambah terus kan pak booking-an hotel. Artinya pariwisata kita sebetulnya sangat menjanjikan,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wishnutama Ingin Pariwisata Indonesia Tetap Utamakan Budaya Lokal
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio akan melakukan transisi besar-besaran pada wisata dalam negeri. Yakni dari pariwisata yang berbasis pada kuantitas, menuju pariwisata yang berbasis pada kualitas.
“Langkah besar kepariwisataan kita tahun depan adalah shifting dari quantity tourism menuju quality tourism,” ujar dia dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Jumat (27/11/2020).
Hal ini merujuk pada posisi pariwisata Indonesia yang masih tertinggal. Dalam catatannya, Wishnutama menyebutkan jumlah wisatawan Singapura bisa mencapai 18 juta per tahun, Malaysia 25 juta, Tahiland 39 juta, dan bahkan Vietnam telah menyusul dengan 18 juta wisatawan per tahun. Sementara Indonesia sekitar 16 juta di tahun 2019.
Untuk menunjang transformasi tersebut, Wishnutama menekankan pada pentingnya mempertahankan keunikan dan karakter asli destinasi pariwisata dalam negeri.
“Jangan sampai kita menjadi (mohon maaf), bikin sesuatu yang terlalu modern akhirnya experience yang diharapkan wisatawan, keunikan dan budaya yang diharapkan jadi hilang,” kata dia.
Selain itu, juga dari sisi kuliner. Dimana Indonesia memiliki cita rasa dan resep yang lebih beragam. Namun ini tak cukup menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Indonesia.
“Kuliner iu adalah salah satu strategi daya tarik pariwisata ke depan yang akan kita kembangkan karena Indonesia dibandingkan Thailand menunya lebih banyak, tapi kenapa negara lain bisa lebih diatas kita,” kata Wishnutama.
Advertisement