Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melepas ekspor nasional ke pasar global di Lamongan, Jawa Timur. Pelepasan ini diikuti oleh 113 perusahaan dengan nilai USD 1,65 miliar atau setara Rp 23,75 triliun. Ekspor produk Indonesia ini diikuti oleh 79 perusahaan non-UKM dan 54 UKM.
"Total ekspor di Desember 2020 senilai USD 1,64 miliar atau setara Rp 23,75 triliun," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto, di Lamongan, Jumat, (4/11/2020).
Baca Juga
Agus menuturkan, dari 79 perusahaan non-UKM tersebut, ada satu perusahaan yang baru pertama kali melakukan ekspor perdana. Perusahaan tersebut adalah PT Universal Strategic Alliance.
Advertisement
Perusahaan yang berasal dari Mojokerto Jawa Timur ini untuk pertama kalinya mengekspor cerutu ke Jepang senilai USD 86.400 atau setara Rp. 1,25 miliar.
"PT Universal Strategic Alliance dari Mojokerto Provinsi Jawa Timur, dimana berhasil mengekspor produk cerutu senilai USD 86,400 atau setara Rp 1,25 miliar ke pasar Jepang," kata dia.
Dalam mendukung peningkatan daya saing produk ekspor, Agus menyebut telah memberikan dukungan berupa pembiayaan ekspor kepada 14 UKM senilai Rp 167 miliar.
Selain itu, telah diresmikan pula lokasi baru ITPC Mexico City ke lokasi yang lebih strategis. Tujuannya agar dapat meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Mexico City.
"Tadi pagi juga telah diresmikan lokasi baru ITPC Mexico City ke lokasi yang lebih strategis," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Lepas Ekspor Produk Indonesia di Tengah Pandemi, Jokowi: Kita Tak Boleh Menyerah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmikan Pelepasan Ekspor Produk Indonesia yang Bernilai Tambah dan Berkelanjutan ke Pasar Global yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, di Lamongan Jawa Timur, Jumat (4/12/2020).
“Saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim saya resmikan pelepasan ekspor dari Negara kita Indonesia yang bernilai tambah dan berdaya saing ke pasar global,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya.
Menurutnya salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian nasional adalah peningkatan ekspor, bukan hanya membantu para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa dan mengurangi defisit transaksi berjalan negara Indonesia.
Memang di situasi pandemi dan perekonomian global yang sedang lesu pada saat ini berdampak pada pasar ekspor yang juga pasti menurun.
“Namun kita tidak boleh menyerah, kita harus melihat lebih jeli melihat Pasar ekspor yang masih terbuka lebar di negara-negara yang juga sekarang ini sedang mengalami pandemi,” ujarnya.
Kata Jokowi, potensi Indonesia untuk ekspor masih sangat besar dari sisi keragaman produk (komoditi), dari sisi kreatifitas dan kualitas, dari sisi volume dan tujuan negara ekspor, kuncinya adalah proaktif dan jangan pasif.
“Saya senang membaca laporan bahwa ekspor Indonesia periode Januari sampai Oktober 2020 memang surplus USD 17,07 miliar dari kopi dari garment, home décor, furniture perikanan dan makan tapi kita tidak boleh cepat puas pada capaian saat ini,” ungkapnya.
Lantaran potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak masih sangat besar. Kendati begitu Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor.
“Saya beri contoh dalam ekspor kopi, tahun 2019 Indonesia merupakan produsen kopi terbesar nomor 4 di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia,” katanya.
Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar kopi yang kedelapan di dunia, kalah dengan Brazil, swiss, Jerman, Kolombia bahkan oleh Vietnam.
Meskipun masih tertinggal, Presiden Jokowi optimis dengan meningkatkan kerjasama dengan perbankan dan lembaga untuk refinancing dan penuhi apa yang menjadi standar pasar global dengan brand yang kuat dan packaging yang semakin baik.
“Saya ingatkan agar kegiatan pelepasan ekspor seperti ini tidak semata tapi menjadi momentum yang berkelanjutan menghasilkan nilai ekspor yang terus meningkat,” pungkasnya.
Advertisement