Sukses

Menilik Untung Rugi Merger Gojek dan Grab

Merger Gojek dan Grab dianggap menjadi peluang untuk menghadirkan citra positif bagi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana merger atau penggabungan dua perusahaan jasa transportasi online raksasa yakni Gojek dan Grab membawa dua dampak, keuntungan dan ketugian. Dikabarkan, dua perusahaan tersebut akan mencapai kesepakatan merger dalam waktu dekat.

Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, merger Gojek dan Grab akan menghasilkan perusahaan digital raksasa yang akan menguasai penetrasi pasar secara lebih luas. Sehingga dapat meningkatkan daya saing hingga ke taraf internasional

"Keuntungannya dengan ekosistem yang mereka miliki saat ini perusahaan hasil merger akan bisa melakukan penetrasi pasar secara lebih luas. Maka bisa menjadi penguasa Asia, bahkan bisa bersaing di global," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (5/12/2020).

Selain itu, merger antara dua decacorn itu juga dianggap menjadi peluang untuk menghadirkan citra positif bagi Indonesia. "Karena produk ataupun perusahaan asal dalam negeri bisa bersaing di pasar global," jelas dia.

Kendati demikian, Piter mengungkapkan proses merger juga berpotensi untuk menciptakan praktik monopoli. Menyusul pasar industri transportasi online di Indonesia akan dikuasai oleh satu perusahaan, sehingga akan merugikan konsumen.

"Ada potensi pasar akan dikuasai oleh satu pemain besar. Ini mengurangi persaingan yang ujungnya bisa merugikan konsumen," jelas dia.

Maka dari itu, dia mendorong keterlibatan aktif pemerintah dan otoritas terkait untuk mengantisipasi peluang terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat atas rencana merger itu. "Apalagi pasar digital pasar digital atau e-commerce ini akan terus tumbuh kedepannya," ucap Piter mengakhiri.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Grab dan Gojek Dikabarkan Sudah Siap Merger

Sebelumnya, Grab Holdings Inc. dan Gojek dikabarkan telah membuat langkah subtansial dalam mencapai sebuah kesepakatan untuk menggabungkan bisnis mereka. Jika langkah ini menjadi kenyataan maka bisa berpotensi menjadi sebuah aksi merger di sektor teknologi terbesar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Menurut orang-orang yang identitasnya diminta untuk dirahasiakan karena bersifat percakapan pribadi, dua perusahaan teknologi ini telah mempersempit perbedaan pendapat mereka masing-masing. Walaupun beberapa bagian dari perjanjian masih harus dinegosiasikan kembali.

Detail akhir sampai saat ini masih dikerjakan antara para petinggi dari masing-masing perusahaan, ditambah partisipasi Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp yang merupakan investor utama dari Grab, menurut pernyataan orang tersebut, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/12/2020).

Dengan dibawahi oleh satu struktur dukungan substansial, pendiri dari Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari perusahaan hasil merger ini. Sementara untuk eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek, kata sumber tersebut.

Kedua perusahaan tersebut pun mungkin akan beroperasi secara terpisah dalam jangka periode yang lama, kata salah satu orang tersebut.

Sampai saat ini pun, pihak dari Grab, Gojek, dan SoftBank masih menolak untuk memberikan sebuah komentar. Menurut sumber orang-orang ini, pembicaraa nmasih lancar dan mungkin masih belum menghasilkan sebuah transaksi.

Kesepakatan usaha merger tersebut pun membutuhkan persetujuan regulasi, dan pemerintah mungkin memiliki keresahan antitrust dari penggabungan dua perusahaan ride-hailing raksasa tersebut. 

  • PT Gojek Indonesia atau bisa juga disebut Gojek adalah sebuah layanan jasa berbasis aplikasi.
    PT Gojek Indonesia atau bisa juga disebut Gojek adalah sebuah layanan jasa berbasis aplikasi.

    GoJek

  • Grab adalah sebuah perusahaan layanan dan jasa berbasis aplikasi yang berlokasi di Singapura.
    Grab adalah sebuah perusahaan layanan dan jasa berbasis aplikasi yang berlokasi di Singapura.

    Grab

  • merger