Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud mengakui jika produksi usaha pengolahan sagu di tanah air masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh produktivitas yang belum merata antara satu provinsi dengan provinsi lainnya.
"Misalnya produktivitas di provinsi Riau itu menjadi yang terbaik sebesar 4,9 ton per ha dalam satu tahun. Sedangkan di provinsi Papua maupun Papua Barat produktivitasnya hanya sebesar 0,43 per ha dalam satu tahun," ucapnya dalam Webinar Seri 2 Pekan Sagu Nusantara 2020, Senin (07/12).
Anak buah Menko Airlangga ini mengungkapkan, jomplangnya produksi Sagu di provinsi Papua maupun Papua Barat akibat sebagian besar lahan Sagu berada di lahan adat. Sehingga diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan produksi Sagu di daerah yang dijuluki Mutiara Hitam itu.
Advertisement
"Diantaranya dengan melakukan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di tanah adat," terangnya.
Sedangkan, untuk menggenjot produksi Sagu secara nasional pemerintah akan menerapkan mekanisasi secara luas. "Cara ini agar dapat meningkat produksi lebih," jelas dia.
Selain itu, pemerintah juga terus mendorong pelaku industri untuk mengolah Sagu ke dalam barang jadi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari Sagu.
"Seperti di buat Tepung Sagu, Mie Sagu Beras Analog Sagu. Lalu, Pempek Sagu, berbagai Kue Sagu, dan olahan lainnya dari bahan Sagu," paparnya.
Terakhir, pelaku usaha komoditi Sagu juga diminta berinovasi untuk mampu menghasilkan kemasan produk yang menarik. "Sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk konsumsi Sagu," keras dia mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemanfaatan Lahan Usaha Sagu di Indonesia Baru 6 Persen
Pengembangan usaha sagu di Indonesia masih belum optimal. Hal ini tercermin dari rendahnya pemanfaatan lahan usaha sagu saat ini.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Pertanian, total luas potensi lahan sagu di Indonesia mencapai 5,4 juta hektare. Namun sampai saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan.Â
"Jadi yang baru dimanfaatkan hanya 6 persen atau sekitar 318 ribu hektare," tutur Musdhalifah Machmud dalam Webinar Seri 2 Pekan Sagu Nusantara 2020, Senin (7/12/2020).
Padahal, kata Musdhalifah, upaya pengembangan usaha sagu nasional telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Mengingat, sagu menjadi sumber pangan yang tidak bisa dilepaskan dari aspek kehidupan masyarakat di beberapa daerah.
"Maka, pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 lebih berfokus pada aspek sosial dan kebudayaan sekitar. Di mana pengolaan sagu sangat tekait dengan tanah masyarakat adat, sehingga upaya peningkatan ekonomi masyarakat harus dilakukan secara berkelanjutan," paparnya.
Oleh karena itu, dia menyebut, pemerintah saat ini terus melakukan penyesuaian berbagai regulasi terkait usaha Sagu. Tujuannya agar tercipta usaha pengelolaan Sagu yang tidak hanya berdampak baik bagi ekonomi, namun juga turut melestarikan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Selain itu, pemerintah menilai penting untuk membantu usaha pengolahan Sagu di berbagai daerah dilakukan oleh UMKM dan rumah tangga. Karena mereka menjadi tumpuan atau sebagian motor penggerak ekonomi daerah. Jadi, hal ini menjadi fokus pemerintah untuk menciptakan pengelolaan usaha Sagu yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.comÂ
Advertisement