Sukses

Gandeng BI, Pemprov Jabar Gelar West Java Food and Agriculture Summit

Dalam West Java Food and Agriculture Summit akan digelar high level meeting, dan pertemuan petani Jabar dengan offtaker komoditas pertanian.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar akan menggelar West Java Food & Agriculture Summit (WJFAS) di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung pada hari ini, Kamis, 10 Desember 2020.

Menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar, dalam WJFAS akan digelar high level meeting, dan pertemuan petani Jabar dengan offtaker komoditas pertanian.

"Tujuannya tidak lain agar petani bisa menjual hasil panen. Karena selama ini banyak petani bingung menjual hasil panennya. Ternyata offtaker kita sudah memiliki pasar ekspor yang notabene cukup menjanjikan. Kalau nanti petani yang ada di Jabar dapat memenuhi pasar ekspor, insyaallah ini akan meningkatkan kesejahteraan petani," kata Benny dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Kamis (10/12/2020).

Benny mengatakan, sudah ada 84 offtaker di sektor pertanian dan peternakan yang berminat menampung produk petani dan peternak Jabar. Salah satunya adalah PT Bhanda Ghara Reksa (BGR).

Nantinya kata Benny, PT BGR akan menampung produk pertanian dan peternakan di Jabar yang akan didistribusikan ke warung-warung dengan konsep e-warung.

"Nanti PT BGR ini menampung hasil pertanian yang nanti didistribusikan ke warung-warung mengenai konsep e-warung. Ini sudah mulai ada wujudnya," kata Benny.

Dengan terbukanya pasar domestik maupun global, Benny mengungkapkan Pemda Provinsi Jabar berupaya mengubah wajah pertanian agar generasi milenial tertarik menggarap sektor pertanian dan peternakan.

Saat ini, pertanian dan peternakan belum diminati generasi milenial di Jabar. Padahal lanjut Benny, generasi milenial diharapkan membawa perubahan kedua sektor tersebut pada masa depan guna menjaga ketahanan pangan Jabar.

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018 yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar.

"Ketika anak muda kembali ke desanya, mereka mulai melakukan aktivitas ekonomi di perdesaan melalui sektor pertanian tadi. Di sini, Gubernur Jabar menginstruksikan agar membuat sesuatu yang bisa menarik para milenial ini memulai kegiatan pertanian, yang tentunya pasar. Inilah yang coba kita gali," tambah Benny.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Manfaatkan Teknologi

Sedangkan, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Taufik Saleh mengatakan selain membuka pasar, Pemda Provinsi Jabar harus mendorong pemanfaatan teknologi di sektor pertanian.

"Jadi bagaimana budidaya pertanian, pangan, teknologi pembibitan bisa menghasilkan produk pangan yang lebih cepat atau menghasilkan panen lebih banyak dari kondisi yang normal," kata Taufik.

Jika itu dilakukan, kata Taufik, generasi milenial tertarik menggerakkan sektor pertanian dan peternakan karena akan mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar. Selain itu, Taufik menyatakan bahwa WJFAS digelar guna memperkuat ketahanan pangan di Jabar.

Apabila ketahanan pangan kuat ucap Taufik, terutama di tengah pandemi COVID-19, inflasi dan stabilitas ekonomi di Jabar akan terjaga.

"Upaya menjaga ketahanan pangan sangat penting, terutama untuk mengawal inflasi yang rendah dan stabil, dan untuk memulihkan ekonomi," sebut Taufik.

Taufik menyatakan, untuk menjaga ketahanan pangan, urban farming atau home farming bisa menjadi opsi di perkotaan. Masyarakat yang memiliki halam kecil dapat mulai menanam komoditas pangan.

Hasil panen urban farming atau home farming, menurut Taufik, tidak hanya untuk konsumsi pribadi, tetapi dapat menjadi sumber pendapatan baru masyarakat perkotaan.

"Home farming ini, masyarakat perkotaan bisa membudidayakan ikan dalam ember besar yang di atasnya dipadu tanaman sayuran. Hasilnya dimasukan ke pasar," terang Taufik.

Artinya lanjut Taufik, masyarakat berproduksi home farming tidak untuk dikonsumsi sendiri. Namun, pada masa mendatang home farming diarahkan bisa mendapatkan keuntungan. Sehingga bisa menambah kekuatan ekonomi masyarakat di perkotaan. (Arie Nugraha)

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan