Sukses

Satelit Satria 1 Hasil Kerja Sama Indonesia-AS Meluncur ke Orbit Kuartal IV 2023

Saat ini Indonesia menggunakan sembilan satelit. Lima diantaranya merupakan satelit nasional, sementara empat lainnya merupakan satelit asing.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan bahwa Indonesia menjalin jerma sama dengan Amerika Serikat (AS) melalui untuk proyek Satelit Satria 1. Satelit ini dibuat oleh Tales Alemania Space dan roket peluncurnya menggunakan Space X Falcon 95500 asal AS yang saat ini sedang dalam proses produksi.

“Kerja sama secara konkrit Kementerian kominfo dengan Amerika Serikat setidaknya dari dorongan untuk terus memastikan rocket launcher-nya,” kata Menkominfo, Johnny G Plate dalam US-Indonesia Investment Summit ke-8, Jumat (11/12/2020).

Saat ini, Johnny menyebutkan ada 9 satelit yang digunakan di Indonesia. Lima diantaranya merupakan satelit nasional, sementara empat lainnya merupakan satelit asing.

Untuk Satelit Satria 1 sendiri, rencananya akan diluncurkan pada kuartal IV-2023. Satelit ini akan ditempatkan pada slot orbit 146 Bujur Timur (BT).

Satelit dengan kapasitas 150 Gbps ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia. Untuk kepentingan Indonesia, satelit akan digunakan untuk layanan Wi-Fi di 150 ribu titik layanan publik.

Kedepannya, Johnny juga melihat kelanjutan kerjasama Indonesia-AS di sektor telekomunikasi yang berkaitan dengan ekonomi digital mendatang. Sehingga, penting bagi kedua negara untuk meningkatkan hubungan ekonominya.

“Berbagai potensi dan peluang usaha di sektor telekomunikasi dan digital ekonomi yang perlu kita bersama, antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk meningkatkan relasi dan hubungan ekonomi antar dua negara agar semakin bertumbuh berkembang,” pungkas dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Langkah Pemerintah Amankan Slot Orbit Satelit Satria-1

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate baru saja mengumumkan situasi terkini pengadaan satelit Satria-1. Salah satu yang diumumkan adalah mundurnya jadwal peluncuran satelit tersebut karena pandemi saat ini berpengaruh pada proses produksi.

Untuk itu, Johnny mengatakan pemerintah sudah meminta perpanjangan waktu selama 14 bulan untuk tetap dapat menempatkan satelit Satria-1 di slot orbit 146 BT (Bujur Timur).

Sebagai informasi, satelit ini direncanakan untuk dapat meluncur ditempatkan di orbit pada Maret 2023. Namun karena penundaan ini, satelit ini paling cepat baru bisa mencapai orbitnya pada kuartal keempat 2023.

"Dengan demikian, kita semua masih yakin bahwa satelit Satria-1 akan ditempatkan di orbit sesuai tambahan waktu penempatan yang diminta oleh Indonesia," tutur Johnny dalam siaran pers yang dikutip dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Selain meminta perpanjang waktu, Johnny juga menuturkan pemerintah telah mempersiapkan dua langkah alternatif lain untuk memastikan orbit satelit di 146BT tetap bisa digunakan Indonesia.

Langkah lain yang dilakukan pemerintah adalah menyiapkan backup filling satelit yang sudah didaftarkan di ITU (International Telecommunication Union) sebagai cadangan.

"(Ada) Nusantara PE1-A, apabila filing satelit PSN-146E tidak dapat digunakan lagi. Mudah-mudahan hal ini tetap masih bisa kita gunakan karena itu biasa terjadi di dalam industri ini," tutur Johnny melanjutkan.

Dia juga menjelaskan proses pendaftaran dan penyelesain koordinasi sudah dijalankan sejak lama. Karenanya, masalah koordinasi krusial dengan negara yang diwajibkan, banyak yang telah diselesaikan.

Langkah alternatif kedua adalah operator satelit Indonesia dapat menyewa dan menempatkan satellite floater dalam jangka waktu tertentu. Lewat alternatif ini, Indonesia tetap dapat memenuhi kewajiban regulasi ITU untuk menempati slot orbit 146BT.

"Dengan demikian, filing PSN 146 E akan tetap terjaga keberadaannya dan dapat digunakan oleh Satelit Satria-1," ujar Johnny menjelaskan. Lewat tiga langkah itu, Johnny pun mengatakan pengadaan dan penempatan satelit Satria-1 ini dapat berlangsung baik.