Liputan6.com, Jakarta Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai bank dengan fokus konsumen pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terus melakukan upaya mengembangkan ekosistem pembayaran digital bagi UMKM di seluruh Indonesia.
Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan, produk BRI didesain lengkap untuk mengedukasi, mendampingi hingga menaikkelaskan para UMKM.
Baca Juga
"Dari tiap stage, produk disiapkan cukup banyak dan lengkap. Ketika ultra mikro kita lakukan pendampingan dengan pembiayaan KUR (kredit usaha rakyat) ultra mikro, lalu kita ajarkan bagaimana menjual barang berbasis digital, bagaimana mengedukasi mereka, lalu bagaimana memberi pelatihan untuk bisa packaging menarik sampai KUR dan seterusnya," jelas Handayani dalam acara UMKM Expo(rt) Brillianpreneur, Minggu (13/12/2020).
Advertisement
Kemudian dari sisi pembayaran, BRI telah terkoneksi dengan seluruh platform pembayaran. Kata Handayani, saat ini perbankan telah mengadopsi konsep open banking.
"Kalau UMKM sudah masuk digital dan berbank dengan BRI akan mudah karena kita punya digital lending (pinjaman digital), saving (rekeningan tabungan), dan lainnya," katanya.
Selain itu, ekosistem digital BRI juga memungkinkan para nasabah untuk membuka rekening tanpa datang ke kantor. Rekeningnya dapat digunakan untuk transaksi dengan beragam metode transaksi seperti QR code, direct debit dan lainnya.
Handayani mengungkapkan, BRI juga melakukan edukasi kepada para nasabah UMKM dalam implementasi ekosistem digital ini. Dengan adanya pandemi, adaptasi dan pemahaman informasi pelaku UMKM terhadap ekosistem digital jauh lebih cepat.
"Jadi pandemi ini satu sisi ada kesulitan, di sisi lain ada blessing. Ternyata nasabah ultra mikro kalau dikasih edukasi yg tepat itu cepat," tutur dia.
Direktur BRI: Transaksi Digital Melonjak di Tengah Pandemi Covid-19
Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani mengatakan, tren pemanfaatan ekosistem digital melonjak di tengah pandemi Covid-19.
Hal ini disebabkan pola belanja masyarakat yang berubah, dari fisik menjadi non fisik, dari menggunakan uang tunai menjadi cashless. Penggunaan ekosistem cashless juga dilakukan di beberapa platform.
"Platformnya macam-macam, mulai dari marketplace, Go-Pay dengan Gojeknya, DANA, Tokopedia dan lain-lain. Tapi, ada juga platform lain sebagai media dagang misalnya lewat Instagram, Facebook atau media lain seperti WhatsApp," kata Handayani dalam acara UMKM Expo(rt) Brillianpreneur di Vidio.com, Minggu (13/12/2020).
Handayani menjelaskan, ekosistem ini muncul karena adanya peluang melakukan transaksi secara daring. Namun, sebelum ekosistem pembayaran digital hadir, para pembeli dan penjual sama-sama memiliki ketakutan dalam melakukan jual beli.
Pembeli kadang merasa ragu, apakah ketika dirinya telah membayar belanjaan melalui transfer dana, penjual akan betul-betul mengirimkam barangnya.
"Sebaliknya, penjual juga kadang khawatir, apakah saat barangnya sudah dikirim, pembelinya mau bayar. Ini dilema juga," tuturnya.
Oleh karenanya, industri keuangan baik perbankan maupun fintech memberikan mekanisme solusi berbasis digital.
Dengan demikian rangkaian pembayaran bisa masuk ke dalam platform digital juga, baik platform marketplace atau bukan sehingga terjadi mekanisme pembayaran hingga pengiriman barang.
"Kita ingin antara pembeli penjual nggak ada yang dirugikan, dan mereka menikmati proses transaksi dengan nyaman," kata Handayani.
Â
Advertisement